Author :
Minnie_14
Main
Cast :
-Lee
Jinki
-Park
Minjung
-Lee
Taemin
Support
Cast :
-Choi
Soo Ri
-Other Member
SHINee
Lenght : Sequel
3 of ?
Genre
: Friendship, Romance, Family.
Rating
: General
Onew POV
“Hyungie...Minnie mau ituu,
Hyung-kan cayang cama Minnie beliin ya..ya..?” rengek seorang namja kecil
nan
manis dengan memasang puppy eyes-nya kepadaku sembari menunjuk-nunjuk sebuah
mobil mainan disampingnya, siapa lagi kalau bukan dongsaeng kesayanganku,
Taemin. Aku hanya tersenyum, membalas rengekannya dengan mengelus puncak
kepalanya.
“Iya Minnie sayang, kamu mau yang
mana? Sebentar Hyung mintakan uang dulu pada Eomma ne..?” jawabku seraya
tersenyum kepadanya.
“Yeiii...Minnie cayang Jinki
Hyung...” sorak Taemin seraya berhambur memelukku.
“Kau terlalu memanjakannya Jinki,
sedikit tegaslah pada dongsaengmu jangan selalu kau turuti dan Minnie sayang,
kita nanti saja ya belinya? nanti Eomma belikan yang lebih bagus, tapi kita
pulang dulu ne..?” kata Eomma seraya merayu Taemin yang kini masih memelukku.
“Chireooo...Minnie mau cekarang,
Minnie mau yang itu..mau yang itu...” rengek Taemin semakin menjadi sembar
menghentak-hentakkan kakinya dan hampir menangis.
“Sudahlah Eomma tak apa lagipula
Taemin kan masih kecil dan lagi dia dongsaeng kesayanganku” bujukku kepada Eomma
seraya menenangkan Taemin.
“Tapi—“ belum sempat Eomma
menyelesaikan perkataannya Taemin berteriak riang memelukku lagi.
“YEEEE!!! Minnie cayang Jinki
Hyung...” teriak Taemin riang memelukku.
“Dasar kalian ini, sudahlah Eomma
tak mau ambil pusing, kau memang selalu memanjakan Minnie..” kata Eomma yang akhirnya
menyerah akan keputusanku dengan mengulum senyum melihat tingkah polah Taemin
yang menggemaskan.
“Jinki Hyung...Minnie cayang
Hyungie...”
Aku hanya tersenyum
mengingat tingkah polah Taemin yang kala itu masih berumur sekitar 5 tahun,
kenangan saat Taemin merengek-rengek padaku meminta sesuatu agar kubelikan
sementara Eomma dan Appa selalu memarahiku karena terlalu memanjakannya. Lamunanku
seketika hilang saat sebuah lemparan kertas mendarat tepat di kepalaku, dan
kulihat kini semua pandangan kelas tertuju ke arahku dan terutama kini seorang
namja paruh baya berjalan kearahku.
“Jinki-ssi
apakah anda tidak keberatan untuk meninggalkan kelas ini?!” tanya namja itu
yang merupakan Jung songsaem, guru
matematika kelasku yang terkenal killer
dan kejam, sembari menunjuk arah pintu
kelas.
“N-ne..mianhae
seosangnim” jawabku seraya menunduk malu pasalnya kini seluruh isi kelas
tengah menatapku dan cekikikan menahan tawa bahkan ada yang terang-terangan
menertawakanku siapa lagi kalau bukan empat sahabatku di Angel yang memang
sekelas denganku dan kubalas dengan tatapan setajam mungkin kepada mereka
sehingga mengehentikan tawa mereka seketika terkecuali si Dino Jonghyun
tentunya yang masih cekikikan sembari memegangi perutnya. Aku hanya berjalan
keluar melewati mereka tak lupa membawa gumpalan kertas yang tadi mengenai
kepalaku.
Kuarahkan langkahku menuju
kantin karena tidak ada tempat lain yang bisa kutuju sekarang karena
perpustakaan tempat biasa aku membaca dan tidur tengah direnovasi sementara
Angel Room, aku masih tak ingin memasuki tempat itu setelah semalaman digunakan
oleh Jonghyun dan Minho main game hingga pagi. Bungkus snack dimana-mana, sofa
yang berantakan dan belum lagi kaleng-kaleng jus yang berserakan di meja dan
lantai ruangan.
Sesampainya si kantin
kupercepat langkahku menuju meja paling pojok ruang kantin tempat biasa Angel
berkumpul, setelah duduk dan memesan seporsi ayam kesukaanku segera kubuka
gumpalan kertas yang sedari tadi kumasukkan kedalam saku blazzerku, dan aku
hanya tersenyum membaca coretan-coretan yang tertera diatasnya.
“Dasar ayam bodoh, lihat didepanmu”
Sudah kuduga dilihat
dari tulisan tangan dan nada kalimatnya sudah kuduga pasti dia orang yang sama yang
selalu berhasil mengganggu pikiranku selama ini. Kubayangkan wajah-nya yang
selalu terlihat ketus saat menatapku namun diam-diam selalu menjadi penolongku
disaat-saat tak terduga seperti kejadian tadi. Park Minjung, ya dia yeoja yang
selama ini menganggapku musuh namun diam-diam selalu menjadi dewi penolongku.
Yeoja yang sejak tingkat 1 senior high school menjadi sainganku mengincar
posisi utama baik di kelas maupun seluruh sekolah. Aku hanya tersenyum
membayangkan wajah dinginnya saat menatapku dan selalu menghindar saat tatapan
mata kami tidak sengaja bertemu.
“Hhh...yeoja
yang aneh” gumamku sembari memasukkan kembali gumpalan kertas itu kedalam saku
blazzerku.
Aku hanya terdiam
memandangi halaman basket yang kebetulan hanya berjarak beberapa meter dari
kantin sekolah. Dari sini terlihat beberapa haksaeng
tingkat 1 tengah bermain basket dan salah satunya adalah dongsaeng-ku Taemin.
Kupandangi wajahnya yang tengah tersenyum puas menikmati permainannya bersama
para sahabatnya, antara lain Soo Ri yeodongsaeng sahabatku Minho. Entah sejak
kapan aku bisa kembali melihat senyuman bahagia nampak diwajah Taemin semenjak insiden
saudara kembarnya Taesun terungkap. Aku sangat berterimakasih pada para
memberku yang membantu memulihkan kondisi dongsaengku itu dan juga Soo Ri yang
selalu berada disampingnya. Selain itu semakin hari Taemin mulai kembali
menjadi dongsaengku yang dulu yang selalu bermanja-manja padaku setelah sekian
lama hubungan kami menjadi renggang akibat orang tuaku yang terlalu over
protektif padanya sehingga kami harus hidup terpisah. Aku selalu berpikir aku
harus melindungi Taemin apapun yang terjadi, karena bagiku Taemin adalah
satu-satunya dongsaeng yang paling berharga bagiku setelah aku kehilangan
Taesun dan aku tak ingin kehilangan untuk kedua kalinya. Tanpa kusadari seorang
waiters sudah berdiri disampingku dan mengantarkan pesanan yang telah aku pesan
tadi, seporsi fried chicken dan segelas orange juice digin kini sudah ada
dihadapanku. Aku hendak mengambil sepotong ayam kesukaanku itu hingga terdengar
teriakan dari arah lapangan.
“TAEMINNN....” teriak suara dari arah lapangan
Segera kualihkan
pandanganku kearah sumber suara dan kini kudapati dongsaengku tengah terbaring
tak berdaya di tengah lapangan basket. Tanpa pikir panjang aku segera melesat
kearah lapangan hendak melihat kondisi Taemin.
“Tamin-ah...waegeurae? gwenchana” tanyaku panik
sesampainya aku di lapangan dan meraih tubuh lemah Taemin. Sementara Taemin
masih tergeletak lemah tak menjawab pertanyaanku.
“Oppa,...” kata Soo Ri saat melihat kedatanganku.
“Soo Ri, kenapa tiba-tiba Taemin seperti ini?” tanyaku
panik sembari terus mengguncang tubuh Taemin berharap dia sadarkan diri.
“Molla Oppa, tiba-tiba saja Taemin jatuh pingsan saat
kami tengah bermain” jawab Soo Ri tak kalah panik dan kulihat kini matanya
mulai berkaca-kaca.
“Sebaiknya cepat kalian bawa dia ke ruang kesehatan” kata
Kim Songsaeng guru olahraga sekolah kami.
“Ne..” jawabku
Aku segera berlari
keruang kesehatan sembari menggendong Taemin dipunggungku dan Soo Ri ikut
dibelakang kami.
---ALS---
Author POV
Terdengar bel tanda
istirahat tengah menggema di sepanjang koridor sekolah, para siswa yang sudah
lelah sedari pagi mencerna semua pelajaran dari seongsaengnim segera berhambur
keluar kelas. Tepat saat bel istirahat berbunyi menandakan sudah genap 30 menit
namja manis bermarga Lee ini tak sadarkan diri. Taemin yang telah berhasil
dibawa oleh Onew keruang kesehatan 30 menit yang lalu belum memeberikan
tanda-tanda bahwa ia akan siuman. Sementara disisi lain sepasang yeoja dan
namja tengah menunggunya untuk membuka mata.
“Oppa ini sudah 30 menit lebih, kenapa Taemin belum sadarkan
diri juga?” tanya Soo Ri memecah keheningan yang sedari tadi tercipta diruang
kesehatan itu.
“Molla Soo Ri, Oppa juga tidak tahu” jawab Onew sembari
mengusap surai lembut Taemin. Hingga akhirnya jelang beberapa menit terdengar
dengungan dari mulut Taemin.
“Ngghhmm....” erang Taemin sembari perlahan membuka
kelopak matanya.
Tampak rasa lega terlihat
dari wajah Onew dan Soo Ri mendapati Taemin kini sudah sadar dan mencoba untuk
mendudukkan dirinya dan dengan sigap dibantu oleh Onew.
“Hyung ini dimana? Kenapa Hyung ada disini? Seingatku aku
sedang berada di lapangan basket bersama yang lain..” tutur Taemin setelah ia
berhasil menegakkan duduknya dan sekali-kali memijat pelipisnya.
“Ini diruang kesehatan...kau pingsan tadi,
haahh...syukurlah kau sudah sadar sekarang” sahut Onew sembari menghembuskan
nafas panjang.
“Jinjja...memangnya aku tadi pingsan? Seingatku aku hanya
tiba-tiba merasa pandanganku gelap kemudian aku tak ingat apapun” jawab Taemin
dengan wajah innocence.
“Itu namanya pingsan bodoh...” sahut Soo Ri.
“Aduhh...Minnie, kau ini masa kau tidak bisa membedakan
mana pingsan dan bukan, dasar kau ini” sahut Onew sembari mencubit pipi Taemin.
“AWW..appo Hyung, mianhae aku kan memang tak pernah
pingsan sebelumnya ya wajarlah...” bela Taemin sembari mengelus-elus pipinya
yang memerah akibat cubitan Onew.
“Dasar kau..lalu bagaimana bisa kau pingsan tadi, apa
jangan-jangan kau lupa sarapan gara-gara terlambat pagi ini?” selidik Onew.
“Hehehe...sepertinya iya Hyung, habis tidak ada yang
menemaniku Hyung berangkat duluan sih. Lagipula dirumah hanya ada para Maid dan
Jung ahjussi saja aku jadi malas” jawab Taemin sembari mempoutkan bibirnya.
“Isshh...dasar kau ini, salah sendiri kau tidur terlalu
larut kemarin gara-gara menonton DVD hingga dini hari padahal Hyung sudah
memperingatkanmu sebelumnya” jawab Onew sembari melipat kedua tangannya didepan
dada.
“Ne, mianhae Hyung aku janji tak akan menonton hingga
larut lagi tapi jangan marah padaku” ucap Taemin menyerah takut Hyung-nya akan
marah karena melawan kata-katanya. Dan hal itu ditanggapi senyuman oleh Onew
bahkan Soo Ri tersenyum melihat tingkah kedua saudara itu. Namun suasana hangat
itu berubah saat tiba-tiba pintu ruang kesehatan terbuka secara kasar
BRAKKK
“Babyy....gwenchana kudengar kau tadi pingsan saat
pelajaran olahraga?” tanya Key segera setelah mendobrak pintu ruang kesehatan
dan berjalan cepat ke ranjang Taemin.
“Ne Eomma, gwenchana...tapi dari mana Eomma tahu?” tanya
Taemin penasaran.
“Itu perkara mudah Taemin, mana mungkin berita mengenai magnae
Angel yang pingsan tidak menyebar begitu cepat disekolah ini” jawab Minho yang
sudah berdiri disamping yeodongsaengnya Soo Ri. Sementara satu namja lagi
tengah bersandar di pintu masuk sembari menggoda beberapa yeoja yang kebetulan
lewat didepan ruang kesehatan siapa lagi kalau bukan si Dino Jonghyun.
“Hei manis, semakin hari kau semakin cantik saja apa kau
mau pergi kencan denganku malam ini?” tanyanya pada salah seorang haksaeng
tingkat pertama.
Key yang sedari tadi
berusaha menahan dirinya mendengar semua gombalan Jonghyun karena menghawatirkan
kondisi Taemin, akhirnya meledak juga. Ditariknya telinga Jonghyun hingga masuk
kedalam ruangan dan Jonghyun hnaya bisa merintih kesakitan akibat cengkraman
tangan Key yang kuat pada telinganya.
“Dasar kau playboy cap kambing, kepala Dino bodoh, apa kau
tak bosan selalu merayu para yeoja disini? HAH! Aku baru sedetik saja tidak
mengawasimu dan kau sudah hampir merayu 3 yeoja? Dasar, apa diotakmu isinya
hanya ada yeoja?” teriak Key frustasi menghadapi kelakuan Jonghyun yang makin
hari makin menjadi.
“Hehe key kau kan tahu aku tak bisa hidup tanpa mereka,
hidupku akan terasa hampa bila sehari saja tidak bersama mereka” jawab Jonghyun
enteng.
“Tapi bukan berarti kau harus merayu mereka semua, kau
kan bisa memilih salah satu dari mereka dan menjadikannya yeojachingumu” sahut
Key jengah akan sikap santai Jonghyun.
“Kau kan tahu aku seperti apa, aku ini gampang bosan kalau
aku punya yeojachingu nanti malah aku tak bisa bebas dan berbuat seukaku lagi”
jawab Jonghyun.
Key sudah hampir
meledak lagi karena setiap perkataannya tidak mempan pada Jonghyun. Hampir saja
Key mulai membuka mulutnya namun didahului oleh Onew.
“Key..Key..” kata Onew lirih.
“APA!!” jawab Key ketus.
“Hahhh...kena
semprot deh, begini jadinya kalau key mulai mengamuk semua orang bisa kena
imbasnya” pikir Onew.
“Key, apa kau tak sadar semua orang memperhatikan kita”
kata Onew namun lebih terdengar seperti bisikan.
Key memandang
kesekitarnya dan dilihatnya beberapa haksaeng yeoja berdiri mematung menatapnya
dan sama halnya dengan para member Angel yang lain serta Soo Ri.
“APA LIHAT-LIHAT, APA KALIAN PIKIR INI TONTONAN?! CEPAT
PERGI SANA” teriak Key pada haksaeng-haksaeng itu dan langsung ditanggapi oleh
mereka. Buktinya mereka segera pergi dan nampak ketakutan melihat amukan Key.
“APA!! MAU PROTES JUGA!!” teriak Key lagi menatap Onew,
Minho, Jonghyun, Taemin dan Soo Ri.
“Anni” jawab mereka serentak
“Hahh...kalau sudah
begini lebih baik diam saja” kata Onew dalam hati.
“Dasar Kunci sialan
aku juga kena getahnya, Dino pendek itu memang benar-benar sialan” pikir
Minho.
“Hii Eomma serem,
Hyungdeul-pun cuma bisa diem. Key Eomma jadi mirip kaya nenek sihir” pikir
Taemin.
“Eomma-Eomma, Jjong
Oppa kan memang playboy banget bisa-bisanya ya Jjong Oppa bikin Eomma ngamuk
kaya gini” kata benak Soo Ri.
“Apaan sih mereka,
kenapa coba Key ngamuk-ngamuk gak jelas gitu. Orang aku juga gak ngapa-ngapain”
pikir Jonghyun sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal (ini gara-gara elu Jjong dasar gak peka, emang
bener-bener pabo, he he mian Blingers).
---ALS---
Onew POV
Hari ini memang
benar-benar hari yang cukup mengesankan bagiku, mulai dari masalah Minjung yang
semakin hari semakin membuat hatiku tak tenang, masalah Taemin yang tiba-tiba
pingsan perihal masalah sepele karena lupa sarapan dan jangan lupakan amukan
Key yang hampir membuat gendang telingaku pecah karena terus mendengarkan
amukannya pada Jonghyun hari ini. Setelah melalui hari yang cukup melelahkan
hari ini, akhirnya aku bisa kembali pulang kerumahku yang nyaman. Hari ini aku
pulang sendiri pasalnya Taemin harus pulang bersama Soo Ri karena harus
mengerjakan tugas dari Park Soengsaengnim. Padahal aku sudah melarangnya untuk
mengerjakan tugas hari ini, pasalnya tugas itu masih dikumpulkan untuk minggu
depan. Dan tumben sekali anak itu rajin mengerjakan tugas padahal biasanya aku
harus memaksanya terlebih dahulu hanya sekedar untuk mengerjakan PR tiap
harinya. Pasti ada maksud tersendiri dari perilakunya hingga memaksakan diri
padahal dirinya masih lemah.
“Hyung..kenapa melamun?, ayo cepat?” tanya key
mengagetkanku.
“Ah..Ne” jawabku cepat sembari melanjutkan langkahku
menuju halaman parkir sekolah.
Segera kumasuki mobilku
yang terparkir rapi di halaman bersebelahan dengan mobil Jonghyun dan Key. Saat
tengah memasang sabuk pengaman, kulihat Minho yang sudah duduk di bangku depan
penumpang mobil Key.
“Tumben
sekali” pikirku
Karena penasaran,
kuputuskan untuk bertanya pada Minho karena pasalnya ini sebuah keanehan dia
pulang bersama Key yang notabene sangat berkebalikan sifat dengan Minho, kalau
itu Jonghyun mungkin aku tidak terlalu peduli karena mereka memang dekat.
“Ya! Minho-ah kenapa kau pulang bersama Key? Dimana
motormu?” tanyaku to the point pada sesosok namja tinggi yang kini tengah
menyandarkan kepalanya pada sandaran jok mobil.
“Ini semua gara-gara dongsaeng kesayanganmu itu Hyung,
dia merampok motorku!!” sahut Minho kesal sembari menatapku.
“MWO!! Kenapa kau biarkan dia memakai motormu, itukan
bahaya kodok. Apalagi ia sendiri” sahutku mulai panik.
“Isshh..Hyung kalau dia sendiri mana mungkin aku mau
memberikan motorku, ia bersama Soo Ri. Makanya aku terpaksa memberikan motorku
padanya, karena Soo Ri yang memintanya” jawab Minho.
“Tapi tetap saja itu bahaya, dia kan baru pertama kali
naik motor, apa dia bisa niak motor, kalau terjadi apa-apa bagaimana, kalau
sampai dia kecelakaan bagaimana, kalau samp—“ kataku panik namun dengan cepat
dipotong oleh Key.
“HYUNG, BISA TENANG TIDAK.” Teriak Key jengah mendengar
keluhanku yang terlalu khawatir pada Taemin. Sementara aku hanya diam mematung
mendengar amukan Key.
“Hyung, dia bersama dongsaengku ingat?! Dan mana mungkin
aku membiarkanya mengendarai motorku kalau ini untuk yang pertama kalinya
apalagi ia bersama Soo Ri. Asal Hyung tahu selama ini dia sudah sering meminjam
motorku untuk belajar dan dengan senang hati aku dan Jonghyun Hung
mengajarinya, hahh” ucap Minho mulai terlihat marah.
“MWO!!” teriakku
“HYUNG, NGOMONGNYA BISA NYANTAI GAK” teriak Key menatap
tajam padaku.
“Bisa-bisanya kalian mengajari dongsaengku naik motor
apalagi tanpa sepengetahuanku, kalian ini lancang sekali” amukku pada Minho.
“Hyung!! Ingat Taemin bukan anak kecil lagi, lagipula dia
kau perbolehkan membawa mobil dan mengantr Soo Ri saat pesta dulu, kenapa motor
tidak boleh. Kau ini aneh sekali dan lagi, dia itu punya kebebasannya sendiri
hyung kau jangan terlalu mengekangnya” gertak Minho menatap tajam padaku, anak
itu bisa-bisanya ia memperlakukaanku seperti ini. Tapi perkataan Minho ada
benarnya hingga membuatku diam seribu bahasa.
“Hyung...Taeminnie sudah besar sekarang, kau tak perlu terlalu
melindunginya apalagi memaksakan apa yang harus ia lakukan. Ia bukan Taeminnie
yang dulu lagi hyung, aku tahu perasaanmu yang selalu ingin menjaganya.” Kata
Key lembut berusaha mencairkan suasana antara aku dan Minho yang tidak lama
tadi mulai menegang.
“Ne, mianhae. Aku terlalu terkejut akan perkataan Minho
tadi dan Minho mianhae, Hyung sudah keterlaluan padamu” kataku akhirnya karena
merasa bersalah akan tindakan yang baru saja kulakukan.
“Ne, Hyung cheongman,
aku juga minta maaf karena tidak meminta izin terlebih dahulu padamu saat
mengajari Taemin naik motor” ucap Minho pelan dan diakhiri dengan senyuman dari
wajah tampannya kepadaku. Dan hanya aku tanggapi denga senyuman pula sebelum
akhirnya kami melajukan mobil kami menju rumah kami masing-masing.
Sepanjang perjalanan
menuju rumahku aku habiskan hanya untuk memikirkan perkataan para dongsaengku
tadi disamping tetap memikirkan bagaimana kondisi Taemin sekarang, apakah ia
selamat sampai di kediaman keluarga Choi, atau mungkin terjadi hal yang
tidak-tidak padanya. Semakin kupikirkan hal itu justru makin membuatku khawatir
terhadap Taemin. Dan ditengah kondisiku yang tengah khawatir tingkat dewa
terhadap Taemin, tanpa sengaja aku melihat sesosok yeoja yang tengah berjalan
perlahan disamping trotoar.
“Sepertinya aku mengenal sosok itu” pikirku.
Segera kupelankan kaju
mobilku guna menyeimbangi langkah kakinya yang tampak anggun. Dan benar saja
itu adalah Park Minjung, sosok dewi penyelamayku selama ini. Aku berpikir
apakah aku perlu bertanya pendapatnya mengenai permasalahanku dan Taemin,
pasalnya ia selalu bisa memberikanku jalan saat aku kesusahan selama ini. Namun
bedanya jika selama ini ia hanya membantuku lewat gulungan kertas yang ia
uiskan padaku, kali ini aku ingin meminta pertolongan langsung padanya. Segera
kutepikan mobilku dan berhenti hingga berjarak hanya beberapa puluh senti dari
dirinya. Kemudian kubuka kaca jendela mobilku dan memanggil namanya.
“Minjung-ssi” panggilku ramah.
“J-Jinku-ssi ahh mian Onew-ssi” ucapnya terkejut hingga
mengucapkan nama asliku.
“Bisa kita bicara sebentar” pintaku dengan lembut
“Hahh, bicara apa memangnya? Kalau memang ingin bicara
langsung katakan saja” jawab Minjung dingin seperti biasanya saat melihatku.
“aku ingin memnita pertolonganmu, jadi bisa kau ikut aku
sebentar” pintaku lagi dan kini aku memasang wajah penuh harap.
Ia hanya terdiam
beberapa saat hingga terdengar kalimat yang membuatku tersenyu cerah.
“Arasso, tapi jangan bertele-tele aku tidak punya banyak
waktu meladenimu” jawab Minjung dingin.
Segera aku turun dari
mobilku dan membukakan pintu untuknya, sementara Minjung hanya diam dan masuk
kedalam mobilku dengan mengucapkan kata terimakasih yang terdengar cukup pelan
ditelingaku. Segera aku berlari keseberang mobil dan duduk di kursi kemudi.
Kulihat Minjung kesusahan memasang sabuk pengamannya dan kuputuskan untuk
membantunya. Saat tanganku akan meraih sabuk pengamannya, dengan cepat ia
menghalau tanganku
“Aku bisa sendiri” jawabnya datar.
Aku hanya menhembuskan
nafas jengah kemudian tetap membantunya.
“Aku hanya ingin mempercepat laju mobilku, bukannya kau
bilang tadi tak punya banyak waktu.
Kalau kau sendiri yang emakukannya bisa-bisa kita selesai sekitar satu
jam lagi. Jadi diam dan perhatikan bagaimana aku melakukannya” kataku datar
sembari terus mengaitkan sabuk pengaman milik Minjung dan tak perlu waktu lama
sabuk itu telah terpasang.
“See, mudah bukan. Jadi kau bisa melakukannya sendiri
nanti” kataku dengan menyunggingkan senyumanku.
Kulihat Minjung hanya
terdiam menndukkan kepalanya, sekilas dapat kulihat semburat merah muda muncul
dikedua pipinya, apa ia sakit? Tapi sepertinya tadi ia baik-baik saja. Entahlah
aku hanya menggedikkan bahu dan menghidupkan mesin mobilku. Melajukan mobil
ferrari silverku menuju Cafe tempat biasa bagi Angel berkumpul hanya untuk
sekedar nongkrong.
Setelah sekitar 15
menit aku melajukan mobilku di tengah kesunyian dan dingin padahal aku tidak
sendirian saat ini, akhirnya aku dan Minjung tiba di Cafe tempat biasa aku dan
member Angel lainnya bertemu. Segera aku dan Minjung masuk ke dalam cafe dan
duduk di dekat jendela, spot yang paling favorit saat mengunjungi cafe dan spot
favorit bagi aku dan Angel. Sesaat setelah memesan Ice Coffe dan Cappucino aku
segera membuka pembicaraan diantara kami, setelah terakhir kali kami bicara
saat insiden sabuk pengaman ini pertama kalinya kami berbicara lagi.
“Mmm..Minjung-ssi, bisa aku bicara jujur padamu” kataku
mulai membuka pembicaraan.
“Ne, bicara saja” jawab Minjung santai.
“Sebenarnya selama ini aku benar-benar berterimakasih
padamu karena selalu membantuku meski tidak secara langsung, namun lewat
tulisan-tulisanmu dan gulungan-gulungan kertas itu kau telah banyak membantuku”
kataku mulai menjelaskan.
Minjung hanya terdiam mendengar
penjelasanku. Apakah ia terkejut, senang, marah atau apapun sungguh aku tidak
tahu yang terpenting sekarang aku sudah mengatakan segala apa yang aku rasakan
selama ini tidak peduli apa reaksinya terhadap pernyataanku.
“Aku selalu menganggapmu sebagai dewi penolongku, maka
dari itu saat ini aku sangat membutuhkan pertolonganmu mengenai permasalahanku”
lanjutku lagi sembari meraih kedua tangan mungil Minjung dan menggenggamnya
dengan erat.
“Per-permasalahan, permasalahan apa maksudmu” tanya
Minjung tersentak akan perlakuanku.
“Kau tahu kan mengenai dongsaengku yang baru saja pindah
ke sekolah kita, sebenarnya aku ingin bertanya padamu apakah salah jika aku
ingin melindunginya, melindungi Taemin dongsaeng-ku” kataku sembari perlahan
melepaskan genggaman tanganku dan melipatnya diatas meja sebagai tumpuan daguku
yang kini sudah kuletakkan diatas meja.
Kuperdalam tekukan
kepalaku pada lenganku yang kini terlipat rapi diatas meja sebagai tumuan
kepalaku sembari mengingat-ingat perkataan Minho dan Key tadi. Apakah benar
perlakuan yang kulakukan selama ini? Ataukah itu justru mrmbuat Taemin merasa
terkekang seperti yang mereka katakan? Kepala terasa pusing mengingat-ingat
perkataan Minho dan Key. Suara dan perkataan mereka terus berdengung dan
terngiang di pendengaranku. Hingga tiba-tiba kurasakan sentuhan lembut yang
kini terasa pada telapak tanganku, kuangkat kepalaku yang semula tertelungkup
guna melihat benda apa yang bisa begitu menghangatkan bagiku dan bisa kulihat
kini tangan Minjung tengah menggenggam tanganku erat. Sejenak pandangan kami
bertemu, tidak seperti biasanya Minjung kini benar-benar menatap lurus kearahku
tidak seperti biasanya yang selalu menghindar bahkan saat tatapan kami tak
sengaja bertemu. Bisa kurasakan tatapan hangat yang ia berikan padaku guna
memberiku ketenangan. Hingga terlewat
beberapa detik pandangan kami masih saling bertemu, hingga kedatangan seorang
waiters berhasil membuyarkan setiap khayalan yang ada dikepalaku. Dapat
kurasakan dengan cepat Minjung melepaskan genggaman tangannya yang hangat
dariku.
“Ehmm...jeongsonghamnida, ini pesanan anda tuan” kata
waiters itu ramah.
“Eh, ne..letakkan saja disitu. Kamsahamnida” ucapku
sedikit canggung.
Pelayan itu dengan
perlahan meletakkan pesanan kami, aku hanya menatap waiters itu yang meletakkan
pesanan kami dengan sopan dengan sesekali aku mencuri pandang pada Minjung.
Entah perasaan apa yang aku rasakan ini, rasanya jantungku berdetak diluar
kendali. Dan dapat kulihat dari ujung mataku kini terbersit semburat merah di
kedua pipi chubby Minjung. Sungguh ia begitu manis saat ini. Chakkaman apa yang
baru saja aku pikirkan “manis” hei ingat Jinki dia rivalmu, dan ingat
perilakunya yang selalu ia lakukan saat melihatmu. Sungguh tatapan dingin yang
kau terima. Tapi entah kenapa hatiku berkata berlawanan dengan apa yang aku
pikirkan kini, hatiku selalu merasa ia adalah sosok penolong yang selama ini
aku harapkan dibalik sifat dinginnya, dan coba ingat sentuhan lembutnya Jinki,
dia benar-benar yeoja yang sangat hangat. Bergelut dengan pikiranku yang
macam-macam membuatku lupa dengan tujuanku membawa Minjung ke Cafe ini. Ini
lebih nampak seperti aku memintanya kencan dibandingkan meminta bantuannya
mengenai permasalahanku perihal Taemin.
---ALS---
Author POV
Sepulang dari Cafe dan mengantarkan
Minjung pulang, Onew segera memarkirkan mobilnya di garasi dan berjalan gontai
dengan tatapan kosong memasuki rumahnya. Hingga ia mengabaikan sapaan para Maid
bahkan Jung ahjussi yang notabene
pelayan setia keluarga Lee pun diabaikannya. Dengan perlahan ia melangkah
menuju kamarnya yang ada di lantai 2, baru beberapa langkah ia menaiki tangga
terdengar suara pintu asuk yang terbuka dan sapaan dari beberapa Maid dan sudah
dipastikan itu adalah Taemin. Taemin berlari kearah Onew takut hyung-nya marah
karena tahu ia memaksakan diri tadi siang dan meminjam motor milik Minho.
Setelah mendengar betapa marahnya Onew berdasarkan cerita dari Key dan Minho,
langkah Taemin semakin ragu dan setelah dekat dengan Hyungnya ia meminta maaf.
“HYUNG, MIANHAE SUDAH BERBOHONG PADAMU TAPI JANGAN MARAH
PADAKU” teriak Taemin sembari menutup mata takut melihat kilatan marah dari
mata bulan sabit Hyung-nya.
Namun selang beberapa
saat Taemin tidak merasakan kilatan aura marah bahkan suara Onew yang sering memarahinya seperti
hari-hari biasanya. Dengan perlahan Taemin membuka matanya, dilihatnya kini Onew
sudah lenyap dari pandangannya. Dari lantai dua terdengar pintu yang menutup.
Sementara dilantai bawah tepatnya di ekat tangga kini taemin tengah terdiam
dengan mulut terbuka lebar. Berpikir apakah benar ia Onew yang ia kenal selama ini, Onew yang
terkenal over protektif terhadapnya. Bahkan mendengar Taemin yang mencoba
mengendarai motor sendiri tidak membuatnya berhenti guna selangkahpun untuk
memandang Taemin malah justru memilih untuk masuk ke kamarnya.
“Apa Hyung baru saja melihat sesuatu yang aneh ya?
Seperti melihat hantu saja, molla” ucap Taemin sembari menggdikkan bahunya dan
meneruskan langkahnya menuju kamar miliknya yang berada tepat disebelah kamar
Taemin.
The
Next Day...
Peubahan sikap Onew
yang begitu drastis justru membuat semua member Angel bahkan Soo Ri merasa
sangat khawatir. Seperti misalnya tadi pagi saat berangkat sekolah ia berangkat
terlebih dahulu tanpa menunggu Taemin, selain itu saat dikelas ia terlihat
sangat pendiam bahkan ia habiskan waktunya hanya untuk melamun dan melamun
namun hal yang lebih menakjubkan lagi ia tidak merespon saat mendengar Taemin
yang ingin masuk club Judo.
Saat ini mereka tengah
berkumpul di Angel room guna menghabiskan waktu sehabis sekolah, Key, Jonghyun,
Minho dan Taemin tengah mengobrol diruang tengah sementara Onew tengah duduk
sendiri di sofa baca dekat rak buku. Mereka tengah hanyut kedalam dunia mereka
masing-masing. Key tengah mengintrogasi Taemin yang memaksakan diri untuk tetap
masuk ke club Judo, club tempat Minho
berlatih Judo semasa tingkat 1 Senior High School dulu. Sementara Minho
mendengarkan setiap omelan Key dan memandang kasihan pada Taemin. Dilain sisi
Jonghyun justru sibuk dengan ponselnya. Taemin hanya diam menunduk mendengarkan
semua omelan yang ia terima dari sang Eomma Key, sesekali ia melirik pada Onew
yang tengah duduk bersantai di sofa dekat rak buku berharap ia datang dan
menolongnya dari amukan Key. Jonghyun menghentikan kegiatannya yang sedari tadi
sibuk dengan ponsel touchsceeen-nya yang kini ganti menatap Onew yang tengah
membuka sebuah buku tapi tatapannya terlihat kosong. Jonghyun bertriak
memanggil Onew agar menghentikan amukan Key.
“HYUNG!! KENAPA KAU HARI INI?! BIASANYA KAU YANG SELALU
BERTERIAK PADA TAEMIN, KENAPA JADI KEY YANG BERTERIAK HEBOH PADA TAEMIN!! HYUNG
BISA TIDAK KAU BUAT KUCING BETINA ITU DIAM, TELINGAKU SAKITT” Teriak Jonghyun
Jengah mendengar suara cempreng Key yang terus memarahi Taemin.
Sementara pihak yang
dimintai tolong hanya menatap-nya sekilas lalu kembali membuang muka dan
menatap pemandangan luar dari Jjendela tempat ia duduk tadi. Minho yang melihat
tingkah aneh Onew sedari pagi tadi hanya memandang sekilas lalu menepuk bahu
Key agar berhenti mengomeli Taemin. Key tersentak lalu memandang kearah Minho.
“Key..sudah, ada masalah yang lebih penting dari ini”
kata Minho.
“Mmm...apa maksudmu?” tanya Key.
“Coba kau lihat” kata Minho sembari menunjuk Onew dengan
dagunya.
Key memutar
pandangannya menatap Onew dan melihatnya hanya terdiam dan sepertinya
melamunkan sesuatu.
“Bukankah aneh jika Onew hyung hanya terdiam mendengar
kabar bahwa Taemin akan masuk klub Judo dan tidak memarahinya? Bukankah dia
sangat protektif pada Taemin? Apa penyakit brother complex-nya sudah sembuh?”
tanya Minho bingung.
“Benar juga kau kodok, seperti bukan Onew Hyung saja”
kata Key.
“Sepertinya ada yang harus kita interogasi lagi..” kata
Jonghyun tiba-tiba menyahuti.
Key berdiri lalu
beranjak mendekat pada Onew, ditariknya tangan Onew tanpa meminta persetujuan
darinya lalu mendudukkannya di sofa ruang tengah diantara Key dan Taemin,
sementara Jonghyun dan Minho duduk di sofa tepat diseberang mereka.
“Hyung, ada apa denganmu? Apa ada masalah?” tanya Key
lembut sembari menepuk pundak Onew.
“Haahhh...” hanya hembusan nafas panjang yang dikeluarkan
oleh Onew.
“Hyung malhaebwa..., kenapa kau aneh sekali sedari tadi
pagi” sahut Minho.
Onew hanya diam lalu
memandang kearah Minho yang duduk dihadapannya dan terlihat ia mulai emmbuka
mulutnya. “ Sepertinya aku sedang jatuh cinta....” jawab Onew lemah.
“MWOOO” sahut keempat namja yang duduk mengitarinya tanpa
terkecuali.
---TBC---
No comments:
Post a Comment