SHINee World

Translate

Friday 6 September 2013

Angel Love Story - [Part III ~ Brother Complex Love]




Author :
Minnie_14
Main Cast :
-Lee Jinki
-Park Minjung
-Lee Taemin
Support Cast :
-Choi Soo Ri
-Other Member SHINee
Lenght : Sequel 3 of ?
Genre : Friendship, Romance, Family.
Rating : General


Onew POV
                “Hyungie...Minnie mau ituu, Hyung-kan cayang cama Minnie beliin ya..ya..?” rengek seorang namja kecil
nan manis dengan memasang puppy eyes-nya kepadaku sembari menunjuk-nunjuk sebuah mobil mainan disampingnya, siapa lagi kalau bukan dongsaeng kesayanganku, Taemin. Aku hanya tersenyum, membalas rengekannya dengan mengelus puncak kepalanya.
            “Iya Minnie sayang, kamu mau yang mana? Sebentar Hyung mintakan uang dulu pada Eomma ne..?” jawabku seraya tersenyum kepadanya.
            “Yeiii...Minnie cayang Jinki Hyung...” sorak Taemin seraya berhambur memelukku.
            “Kau terlalu memanjakannya Jinki, sedikit tegaslah pada dongsaengmu jangan selalu kau turuti dan Minnie sayang, kita nanti saja ya belinya? nanti Eomma belikan yang lebih bagus, tapi kita pulang dulu ne..?” kata Eomma seraya merayu Taemin yang kini masih memelukku.
            “Chireooo...Minnie mau cekarang, Minnie mau yang itu..mau yang itu...” rengek Taemin semakin menjadi sembar menghentak-hentakkan kakinya dan hampir menangis.
            “Sudahlah Eomma tak apa lagipula Taemin kan masih kecil dan lagi dia dongsaeng kesayanganku” bujukku kepada Eomma seraya menenangkan Taemin.
            “Tapi—“ belum sempat Eomma menyelesaikan perkataannya Taemin berteriak riang memelukku lagi.
            “YEEEE!!! Minnie cayang Jinki Hyung...” teriak Taemin riang memelukku.
            “Dasar kalian ini, sudahlah Eomma tak mau ambil pusing, kau memang selalu memanjakan Minnie..” kata Eomma yang akhirnya menyerah akan keputusanku dengan mengulum senyum melihat tingkah polah Taemin yang menggemaskan.
            “Jinki Hyung...Minnie cayang Hyungie...”
Aku hanya tersenyum mengingat tingkah polah Taemin yang kala itu masih berumur sekitar 5 tahun, kenangan saat Taemin merengek-rengek padaku meminta sesuatu agar kubelikan sementara Eomma dan Appa selalu memarahiku karena terlalu memanjakannya. Lamunanku seketika hilang saat sebuah lemparan kertas mendarat tepat di kepalaku, dan kulihat kini semua pandangan kelas tertuju ke arahku dan terutama kini seorang namja paruh baya berjalan kearahku.
            “Jinki-ssi apakah anda tidak keberatan untuk meninggalkan kelas ini?!” tanya namja itu yang merupakan Jung songsaem, guru matematika kelasku yang terkenal killer dan  kejam, sembari menunjuk arah pintu kelas.
            N-ne..mianhae seosangnim” jawabku seraya menunduk malu pasalnya kini seluruh isi kelas tengah menatapku dan cekikikan menahan tawa bahkan ada yang terang-terangan menertawakanku siapa lagi kalau bukan empat sahabatku di Angel yang memang sekelas denganku dan kubalas dengan tatapan setajam mungkin kepada mereka sehingga mengehentikan tawa mereka seketika terkecuali si Dino Jonghyun tentunya yang masih cekikikan sembari memegangi perutnya. Aku hanya berjalan keluar melewati mereka tak lupa membawa gumpalan kertas yang tadi mengenai kepalaku.
Kuarahkan langkahku menuju kantin karena tidak ada tempat lain yang bisa kutuju sekarang karena perpustakaan tempat biasa aku membaca dan tidur tengah direnovasi sementara Angel Room, aku masih tak ingin memasuki tempat itu setelah semalaman digunakan oleh Jonghyun dan Minho main game hingga pagi. Bungkus snack dimana-mana, sofa yang berantakan dan belum lagi kaleng-kaleng jus yang berserakan di meja dan lantai ruangan.
Sesampainya si kantin kupercepat langkahku menuju meja paling pojok ruang kantin tempat biasa Angel berkumpul, setelah duduk dan memesan seporsi ayam kesukaanku segera kubuka gumpalan kertas yang sedari tadi kumasukkan kedalam saku blazzerku, dan aku hanya tersenyum membaca coretan-coretan yang tertera diatasnya.
“Dasar ayam bodoh, lihat didepanmu”
Sudah kuduga dilihat dari tulisan tangan dan nada kalimatnya sudah kuduga pasti dia orang yang sama yang selalu berhasil mengganggu pikiranku selama ini. Kubayangkan wajah-nya yang selalu terlihat ketus saat menatapku namun diam-diam selalu menjadi penolongku disaat-saat tak terduga seperti kejadian tadi. Park Minjung, ya dia yeoja yang selama ini menganggapku musuh namun diam-diam selalu menjadi dewi penolongku. Yeoja yang sejak tingkat 1 senior high school menjadi sainganku mengincar posisi utama baik di kelas maupun seluruh sekolah. Aku hanya tersenyum membayangkan wajah dinginnya saat menatapku dan selalu menghindar saat tatapan mata kami tidak sengaja bertemu.
“Hhh...yeoja yang aneh” gumamku sembari memasukkan kembali gumpalan kertas itu kedalam saku blazzerku.
Aku hanya terdiam memandangi halaman basket yang kebetulan hanya berjarak beberapa meter dari kantin sekolah. Dari sini terlihat beberapa haksaeng tingkat 1 tengah bermain basket dan salah satunya adalah dongsaeng-ku Taemin. Kupandangi wajahnya yang tengah tersenyum puas menikmati permainannya bersama para sahabatnya, antara lain Soo Ri yeodongsaeng sahabatku Minho. Entah sejak kapan aku bisa kembali melihat senyuman bahagia nampak diwajah Taemin semenjak insiden saudara kembarnya Taesun terungkap. Aku sangat berterimakasih pada para memberku yang membantu memulihkan kondisi dongsaengku itu dan juga Soo Ri yang selalu berada disampingnya. Selain itu semakin hari Taemin mulai kembali menjadi dongsaengku yang dulu yang selalu bermanja-manja padaku setelah sekian lama hubungan kami menjadi renggang akibat orang tuaku yang terlalu over protektif padanya sehingga kami harus hidup terpisah. Aku selalu berpikir aku harus melindungi Taemin apapun yang terjadi, karena bagiku Taemin adalah satu-satunya dongsaeng yang paling berharga bagiku setelah aku kehilangan Taesun dan aku tak ingin kehilangan untuk kedua kalinya. Tanpa kusadari seorang waiters sudah berdiri disampingku dan mengantarkan pesanan yang telah aku pesan tadi, seporsi fried chicken dan segelas orange juice digin kini sudah ada dihadapanku. Aku hendak mengambil sepotong ayam kesukaanku itu hingga terdengar teriakan dari arah lapangan.
            “TAEMINNN....” teriak suara dari arah lapangan
Segera kualihkan pandanganku kearah sumber suara dan kini kudapati dongsaengku tengah terbaring tak berdaya di tengah lapangan basket. Tanpa pikir panjang aku segera melesat kearah lapangan hendak melihat kondisi Taemin.
            “Tamin-ah...waegeurae? gwenchana” tanyaku panik sesampainya aku di lapangan dan meraih tubuh lemah Taemin. Sementara Taemin masih tergeletak lemah tak menjawab pertanyaanku.
            “Oppa,...” kata Soo Ri saat melihat kedatanganku.
            “Soo Ri, kenapa tiba-tiba Taemin seperti ini?” tanyaku panik sembari terus mengguncang tubuh Taemin berharap dia sadarkan diri.
            “Molla Oppa, tiba-tiba saja Taemin jatuh pingsan saat kami tengah bermain” jawab Soo Ri tak kalah panik dan kulihat kini matanya mulai berkaca-kaca.
            “Sebaiknya cepat kalian bawa dia ke ruang kesehatan” kata Kim Songsaeng guru olahraga sekolah kami.
            “Ne..” jawabku
Aku segera berlari keruang kesehatan sembari menggendong Taemin dipunggungku dan Soo Ri ikut dibelakang kami.
---ALS---
Author POV
Terdengar bel tanda istirahat tengah menggema di sepanjang koridor sekolah, para siswa yang sudah lelah sedari pagi mencerna semua pelajaran dari seongsaengnim segera berhambur keluar kelas. Tepat saat bel istirahat berbunyi menandakan sudah genap 30 menit namja manis bermarga Lee ini tak sadarkan diri. Taemin yang telah berhasil dibawa oleh Onew keruang kesehatan 30 menit yang lalu belum memeberikan tanda-tanda bahwa ia akan siuman. Sementara disisi lain sepasang yeoja dan namja tengah menunggunya untuk membuka mata.
            “Oppa ini sudah 30 menit lebih, kenapa Taemin belum sadarkan diri juga?” tanya Soo Ri memecah keheningan yang sedari tadi tercipta diruang kesehatan itu.
            “Molla Soo Ri, Oppa juga tidak tahu” jawab Onew sembari mengusap surai lembut Taemin. Hingga akhirnya jelang beberapa menit terdengar dengungan dari mulut Taemin.
            “Ngghhmm....” erang Taemin sembari perlahan membuka kelopak matanya.
Tampak rasa lega terlihat dari wajah Onew dan Soo Ri mendapati Taemin kini sudah sadar dan mencoba untuk mendudukkan dirinya dan dengan sigap dibantu oleh Onew.
            “Hyung ini dimana? Kenapa Hyung ada disini? Seingatku aku sedang berada di lapangan basket bersama yang lain..” tutur Taemin setelah ia berhasil menegakkan duduknya dan sekali-kali memijat pelipisnya.
            “Ini diruang kesehatan...kau pingsan tadi, haahh...syukurlah kau sudah sadar sekarang” sahut Onew sembari menghembuskan nafas panjang.
            “Jinjja...memangnya aku tadi pingsan? Seingatku aku hanya tiba-tiba merasa pandanganku gelap kemudian aku tak ingat apapun” jawab Taemin dengan wajah innocence.
            “Itu namanya pingsan bodoh...” sahut Soo Ri.
            “Aduhh...Minnie, kau ini masa kau tidak bisa membedakan mana pingsan dan bukan, dasar kau ini” sahut Onew sembari mencubit pipi Taemin.
            “AWW..appo Hyung, mianhae aku kan memang tak pernah pingsan sebelumnya ya wajarlah...” bela Taemin sembari mengelus-elus pipinya yang memerah akibat cubitan Onew.
            “Dasar kau..lalu bagaimana bisa kau pingsan tadi, apa jangan-jangan kau lupa sarapan gara-gara terlambat pagi ini?” selidik Onew.
            “Hehehe...sepertinya iya Hyung, habis tidak ada yang menemaniku Hyung berangkat duluan sih. Lagipula dirumah hanya ada para Maid dan Jung ahjussi saja aku jadi malas” jawab Taemin sembari mempoutkan bibirnya.
            “Isshh...dasar kau ini, salah sendiri kau tidur terlalu larut kemarin gara-gara menonton DVD hingga dini hari padahal Hyung sudah memperingatkanmu sebelumnya” jawab Onew sembari melipat kedua tangannya didepan dada.
            “Ne, mianhae Hyung aku janji tak akan menonton hingga larut lagi tapi jangan marah padaku” ucap Taemin menyerah takut Hyung-nya akan marah karena melawan kata-katanya. Dan hal itu ditanggapi senyuman oleh Onew bahkan Soo Ri tersenyum melihat tingkah kedua saudara itu. Namun suasana hangat itu berubah saat tiba-tiba pintu ruang kesehatan terbuka secara kasar
BRAKKK
            “Babyy....gwenchana kudengar kau tadi pingsan saat pelajaran olahraga?” tanya Key segera setelah mendobrak pintu ruang kesehatan dan berjalan cepat ke ranjang Taemin.
            “Ne Eomma, gwenchana...tapi dari mana Eomma tahu?” tanya Taemin penasaran.
            “Itu perkara mudah Taemin, mana mungkin berita mengenai magnae Angel yang pingsan tidak menyebar begitu cepat disekolah ini” jawab Minho yang sudah berdiri disamping yeodongsaengnya Soo Ri. Sementara satu namja lagi tengah bersandar di pintu masuk sembari menggoda beberapa yeoja yang kebetulan lewat didepan ruang kesehatan siapa lagi kalau bukan si Dino Jonghyun.
            “Hei manis, semakin hari kau semakin cantik saja apa kau mau pergi kencan denganku malam ini?” tanyanya pada salah seorang haksaeng tingkat pertama.
Key yang sedari tadi berusaha menahan dirinya mendengar semua gombalan Jonghyun karena menghawatirkan kondisi Taemin, akhirnya meledak juga. Ditariknya telinga Jonghyun hingga masuk kedalam ruangan dan Jonghyun hnaya bisa merintih kesakitan akibat cengkraman tangan Key yang kuat pada telinganya.
            “Dasar kau playboy cap kambing, kepala Dino bodoh, apa kau tak bosan selalu merayu para yeoja disini? HAH! Aku baru sedetik saja tidak mengawasimu dan kau sudah hampir merayu 3 yeoja? Dasar, apa diotakmu isinya hanya ada yeoja?” teriak Key frustasi menghadapi kelakuan Jonghyun yang makin hari makin menjadi.
            “Hehe key kau kan tahu aku tak bisa hidup tanpa mereka, hidupku akan terasa hampa bila sehari saja tidak bersama mereka” jawab Jonghyun enteng.
            “Tapi bukan berarti kau harus merayu mereka semua, kau kan bisa memilih salah satu dari mereka dan menjadikannya yeojachingumu” sahut Key jengah akan sikap santai Jonghyun.
            “Kau kan tahu aku seperti apa, aku ini gampang bosan kalau aku punya yeojachingu nanti malah aku tak bisa bebas dan berbuat seukaku lagi” jawab Jonghyun.
Key sudah hampir meledak lagi karena setiap perkataannya tidak mempan pada Jonghyun. Hampir saja Key mulai membuka mulutnya namun didahului oleh Onew.
            “Key..Key..” kata Onew lirih.
            “APA!!” jawab Key ketus.
            “Hahhh...kena semprot deh, begini jadinya kalau key mulai mengamuk semua orang bisa kena imbasnya” pikir Onew.
            “Key, apa kau tak sadar semua orang memperhatikan kita” kata Onew namun lebih terdengar seperti bisikan.
Key memandang kesekitarnya dan dilihatnya beberapa haksaeng yeoja berdiri mematung menatapnya dan sama halnya dengan para member Angel yang lain serta Soo Ri.
            “APA LIHAT-LIHAT, APA KALIAN PIKIR INI TONTONAN?! CEPAT PERGI SANA” teriak Key pada haksaeng-haksaeng itu dan langsung ditanggapi oleh mereka. Buktinya mereka segera pergi dan nampak ketakutan melihat amukan Key.
            “APA!! MAU PROTES JUGA!!” teriak Key lagi menatap Onew, Minho, Jonghyun, Taemin dan Soo Ri.
            “Anni” jawab mereka serentak
            “Hahh...kalau sudah begini lebih baik diam saja” kata Onew dalam hati.
            “Dasar Kunci sialan aku juga kena getahnya, Dino pendek itu memang benar-benar sialan” pikir Minho.
            “Hii Eomma serem, Hyungdeul-pun cuma bisa diem. Key Eomma jadi mirip kaya nenek sihir” pikir Taemin.
            “Eomma-Eomma, Jjong Oppa kan memang playboy banget bisa-bisanya ya Jjong Oppa bikin Eomma ngamuk kaya gini” kata benak Soo Ri.
            “Apaan sih mereka, kenapa coba Key ngamuk-ngamuk gak jelas gitu. Orang aku juga gak ngapa-ngapain” pikir Jonghyun sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal (ini gara-gara elu Jjong dasar gak peka, emang bener-bener pabo, he he mian Blingers).

---ALS---
Onew POV
Hari ini memang benar-benar hari yang cukup mengesankan bagiku, mulai dari masalah Minjung yang semakin hari semakin membuat hatiku tak tenang, masalah Taemin yang tiba-tiba pingsan perihal masalah sepele karena lupa sarapan dan jangan lupakan amukan Key yang hampir membuat gendang telingaku pecah karena terus mendengarkan amukannya pada Jonghyun hari ini. Setelah melalui hari yang cukup melelahkan hari ini, akhirnya aku bisa kembali pulang kerumahku yang nyaman. Hari ini aku pulang sendiri pasalnya Taemin harus pulang bersama Soo Ri karena harus mengerjakan tugas dari Park Soengsaengnim. Padahal aku sudah melarangnya untuk mengerjakan tugas hari ini, pasalnya tugas itu masih dikumpulkan untuk minggu depan. Dan tumben sekali anak itu rajin mengerjakan tugas padahal biasanya aku harus memaksanya terlebih dahulu hanya sekedar untuk mengerjakan PR tiap harinya. Pasti ada maksud tersendiri dari perilakunya hingga memaksakan diri padahal dirinya masih lemah.
            “Hyung..kenapa melamun?, ayo cepat?” tanya key mengagetkanku.
            “Ah..Ne” jawabku cepat sembari melanjutkan langkahku menuju halaman parkir sekolah.
Segera kumasuki mobilku yang terparkir rapi di halaman bersebelahan dengan mobil Jonghyun dan Key. Saat tengah memasang sabuk pengaman, kulihat Minho yang sudah duduk di bangku depan penumpang mobil Key.
“Tumben sekali” pikirku
Karena penasaran, kuputuskan untuk bertanya pada Minho karena pasalnya ini sebuah keanehan dia pulang bersama Key yang notabene sangat berkebalikan sifat dengan Minho, kalau itu Jonghyun mungkin aku tidak terlalu peduli karena mereka memang dekat.
            “Ya! Minho-ah kenapa kau pulang bersama Key? Dimana motormu?” tanyaku to the point pada sesosok namja tinggi yang kini tengah menyandarkan kepalanya pada sandaran jok mobil.
            “Ini semua gara-gara dongsaeng kesayanganmu itu Hyung, dia merampok motorku!!” sahut Minho kesal sembari menatapku.
            “MWO!! Kenapa kau biarkan dia memakai motormu, itukan bahaya kodok. Apalagi ia sendiri” sahutku mulai panik.
            “Isshh..Hyung kalau dia sendiri mana mungkin aku mau memberikan motorku, ia bersama Soo Ri. Makanya aku terpaksa memberikan motorku padanya, karena Soo Ri yang memintanya” jawab Minho.
            “Tapi tetap saja itu bahaya, dia kan baru pertama kali naik motor, apa dia bisa niak motor, kalau terjadi apa-apa bagaimana, kalau sampai dia kecelakaan bagaimana, kalau samp—“ kataku panik namun dengan cepat dipotong oleh Key.
            “HYUNG, BISA TENANG TIDAK.” Teriak Key jengah mendengar keluhanku yang terlalu khawatir pada Taemin. Sementara aku hanya diam mematung mendengar amukan Key.
            “Hyung, dia bersama dongsaengku ingat?! Dan mana mungkin aku membiarkanya mengendarai motorku kalau ini untuk yang pertama kalinya apalagi ia bersama Soo Ri. Asal Hyung tahu selama ini dia sudah sering meminjam motorku untuk belajar dan dengan senang hati aku dan Jonghyun Hung mengajarinya, hahh” ucap Minho mulai terlihat marah.
            “MWO!!” teriakku
            “HYUNG, NGOMONGNYA BISA NYANTAI GAK” teriak Key menatap tajam padaku.
            “Bisa-bisanya kalian mengajari dongsaengku naik motor apalagi tanpa sepengetahuanku, kalian ini lancang sekali” amukku pada Minho.
            “Hyung!! Ingat Taemin bukan anak kecil lagi, lagipula dia kau perbolehkan membawa mobil dan mengantr Soo Ri saat pesta dulu, kenapa motor tidak boleh. Kau ini aneh sekali dan lagi, dia itu punya kebebasannya sendiri hyung kau jangan terlalu mengekangnya” gertak Minho menatap tajam padaku, anak itu bisa-bisanya ia memperlakukaanku seperti ini. Tapi perkataan Minho ada benarnya hingga membuatku diam seribu bahasa.
            “Hyung...Taeminnie sudah besar sekarang, kau tak perlu terlalu melindunginya apalagi memaksakan apa yang harus ia lakukan. Ia bukan Taeminnie yang dulu lagi hyung, aku tahu perasaanmu yang selalu ingin menjaganya.” Kata Key lembut berusaha mencairkan suasana antara aku dan Minho yang tidak lama tadi mulai menegang.
            “Ne, mianhae. Aku terlalu terkejut akan perkataan Minho tadi dan Minho mianhae, Hyung sudah keterlaluan padamu” kataku akhirnya karena merasa bersalah akan tindakan yang baru saja kulakukan.
            “Ne, Hyung cheongman, aku juga minta maaf karena tidak meminta izin terlebih dahulu padamu saat mengajari Taemin naik motor” ucap Minho pelan dan diakhiri dengan senyuman dari wajah tampannya kepadaku. Dan hanya aku tanggapi denga senyuman pula sebelum akhirnya kami melajukan mobil kami menju rumah kami masing-masing.
Sepanjang perjalanan menuju rumahku aku habiskan hanya untuk memikirkan perkataan para dongsaengku tadi disamping tetap memikirkan bagaimana kondisi Taemin sekarang, apakah ia selamat sampai di kediaman keluarga Choi, atau mungkin terjadi hal yang tidak-tidak padanya. Semakin kupikirkan hal itu justru makin membuatku khawatir terhadap Taemin. Dan ditengah kondisiku yang tengah khawatir tingkat dewa terhadap Taemin, tanpa sengaja aku melihat sesosok yeoja yang tengah berjalan perlahan disamping trotoar.
            “Sepertinya aku mengenal sosok itu” pikirku.
Segera kupelankan kaju mobilku guna menyeimbangi langkah kakinya yang tampak anggun. Dan benar saja itu adalah Park Minjung, sosok dewi penyelamayku selama ini. Aku berpikir apakah aku perlu bertanya pendapatnya mengenai permasalahanku dan Taemin, pasalnya ia selalu bisa memberikanku jalan saat aku kesusahan selama ini. Namun bedanya jika selama ini ia hanya membantuku lewat gulungan kertas yang ia uiskan padaku, kali ini aku ingin meminta pertolongan langsung padanya. Segera kutepikan mobilku dan berhenti hingga berjarak hanya beberapa puluh senti dari dirinya. Kemudian kubuka kaca jendela mobilku dan memanggil namanya.
            “Minjung-ssi” panggilku ramah.
            “J-Jinku-ssi ahh mian Onew-ssi” ucapnya terkejut hingga mengucapkan nama asliku.
            “Bisa kita bicara sebentar” pintaku dengan lembut
            “Hahh, bicara apa memangnya? Kalau memang ingin bicara langsung katakan saja” jawab Minjung dingin seperti biasanya saat melihatku.
            “aku ingin memnita pertolonganmu, jadi bisa kau ikut aku sebentar” pintaku lagi dan kini aku memasang wajah penuh harap.
Ia hanya terdiam beberapa saat hingga terdengar kalimat yang membuatku tersenyu cerah.
            “Arasso, tapi jangan bertele-tele aku tidak punya banyak waktu meladenimu” jawab Minjung dingin.
Segera aku turun dari mobilku dan membukakan pintu untuknya, sementara Minjung hanya diam dan masuk kedalam mobilku dengan mengucapkan kata terimakasih yang terdengar cukup pelan ditelingaku. Segera aku berlari keseberang mobil dan duduk di kursi kemudi. Kulihat Minjung kesusahan memasang sabuk pengamannya dan kuputuskan untuk membantunya. Saat tanganku akan meraih sabuk pengamannya, dengan cepat ia menghalau tanganku
            “Aku bisa sendiri” jawabnya datar.
Aku hanya menhembuskan nafas jengah kemudian tetap membantunya.
            “Aku hanya ingin mempercepat laju mobilku, bukannya kau bilang tadi tak punya banyak waktu.  Kalau kau sendiri yang emakukannya bisa-bisa kita selesai sekitar satu jam lagi. Jadi diam dan perhatikan bagaimana aku melakukannya” kataku datar sembari terus mengaitkan sabuk pengaman milik Minjung dan tak perlu waktu lama sabuk itu telah terpasang.
            “See, mudah bukan. Jadi kau bisa melakukannya sendiri nanti” kataku dengan menyunggingkan senyumanku.
Kulihat Minjung hanya terdiam menndukkan kepalanya, sekilas dapat kulihat semburat merah muda muncul dikedua pipinya, apa ia sakit? Tapi sepertinya tadi ia baik-baik saja. Entahlah aku hanya menggedikkan bahu dan menghidupkan mesin mobilku. Melajukan mobil ferrari silverku menuju Cafe tempat biasa bagi Angel berkumpul hanya untuk sekedar nongkrong.
Setelah sekitar 15 menit aku melajukan mobilku di tengah kesunyian dan dingin padahal aku tidak sendirian saat ini, akhirnya aku dan Minjung tiba di Cafe tempat biasa aku dan member Angel lainnya bertemu. Segera aku dan Minjung masuk ke dalam cafe dan duduk di dekat jendela, spot yang paling favorit saat mengunjungi cafe dan spot favorit bagi aku dan Angel. Sesaat setelah memesan Ice Coffe dan Cappucino aku segera membuka pembicaraan diantara kami, setelah terakhir kali kami bicara saat insiden sabuk pengaman ini pertama kalinya kami berbicara lagi.
            “Mmm..Minjung-ssi, bisa aku bicara jujur padamu” kataku mulai membuka pembicaraan.
            “Ne, bicara saja” jawab Minjung santai.
            “Sebenarnya selama ini aku benar-benar berterimakasih padamu karena selalu membantuku meski tidak secara langsung, namun lewat tulisan-tulisanmu dan gulungan-gulungan kertas itu kau telah banyak membantuku” kataku mulai menjelaskan.
Minjung hanya terdiam mendengar penjelasanku. Apakah ia terkejut, senang, marah atau apapun sungguh aku tidak tahu yang terpenting sekarang aku sudah mengatakan segala apa yang aku rasakan selama ini tidak peduli apa reaksinya terhadap pernyataanku.
            “Aku selalu menganggapmu sebagai dewi penolongku, maka dari itu saat ini aku sangat membutuhkan pertolonganmu mengenai permasalahanku” lanjutku lagi sembari meraih kedua tangan mungil Minjung dan menggenggamnya dengan erat.
            “Per-permasalahan, permasalahan apa maksudmu” tanya Minjung tersentak akan perlakuanku.
            “Kau tahu kan mengenai dongsaengku yang baru saja pindah ke sekolah kita, sebenarnya aku ingin bertanya padamu apakah salah jika aku ingin melindunginya, melindungi Taemin dongsaeng-ku” kataku sembari perlahan melepaskan genggaman tanganku dan melipatnya diatas meja sebagai tumpuan daguku yang kini sudah kuletakkan diatas meja.
Kuperdalam tekukan kepalaku pada lenganku yang kini terlipat rapi diatas meja sebagai tumuan kepalaku sembari mengingat-ingat perkataan Minho dan Key tadi. Apakah benar perlakuan yang kulakukan selama ini? Ataukah itu justru mrmbuat Taemin merasa terkekang seperti yang mereka katakan? Kepala terasa pusing mengingat-ingat perkataan Minho dan Key. Suara dan perkataan mereka terus berdengung dan terngiang di pendengaranku. Hingga tiba-tiba kurasakan sentuhan lembut yang kini terasa pada telapak tanganku, kuangkat kepalaku yang semula tertelungkup guna melihat benda apa yang bisa begitu menghangatkan bagiku dan bisa kulihat kini tangan Minjung tengah menggenggam tanganku erat. Sejenak pandangan kami bertemu, tidak seperti biasanya Minjung kini benar-benar menatap lurus kearahku tidak seperti biasanya yang selalu menghindar bahkan saat tatapan kami tak sengaja bertemu. Bisa kurasakan tatapan hangat yang ia berikan padaku guna memberiku ketenangan.  Hingga terlewat beberapa detik pandangan kami masih saling bertemu, hingga kedatangan seorang waiters berhasil membuyarkan setiap khayalan yang ada dikepalaku. Dapat kurasakan dengan cepat Minjung melepaskan genggaman tangannya yang hangat dariku.
            “Ehmm...jeongsonghamnida, ini pesanan anda tuan” kata waiters itu ramah.
            “Eh, ne..letakkan saja disitu. Kamsahamnida” ucapku sedikit canggung.
Pelayan itu dengan perlahan meletakkan pesanan kami, aku hanya menatap waiters itu yang meletakkan pesanan kami dengan sopan dengan sesekali aku mencuri pandang pada Minjung. Entah perasaan apa yang aku rasakan ini, rasanya jantungku berdetak diluar kendali. Dan dapat kulihat dari ujung mataku kini terbersit semburat merah di kedua pipi chubby Minjung. Sungguh ia begitu manis saat ini. Chakkaman apa yang baru saja aku pikirkan “manis” hei ingat Jinki dia rivalmu, dan ingat perilakunya yang selalu ia lakukan saat melihatmu. Sungguh tatapan dingin yang kau terima. Tapi entah kenapa hatiku berkata berlawanan dengan apa yang aku pikirkan kini, hatiku selalu merasa ia adalah sosok penolong yang selama ini aku harapkan dibalik sifat dinginnya, dan coba ingat sentuhan lembutnya Jinki, dia benar-benar yeoja yang sangat hangat. Bergelut dengan pikiranku yang macam-macam membuatku lupa dengan tujuanku membawa Minjung ke Cafe ini. Ini lebih nampak seperti aku memintanya kencan dibandingkan meminta bantuannya mengenai permasalahanku perihal Taemin.
---ALS---
Author POV
Sepulang dari Cafe dan mengantarkan Minjung pulang, Onew segera memarkirkan mobilnya di garasi dan berjalan gontai dengan tatapan kosong memasuki rumahnya. Hingga ia mengabaikan sapaan para Maid bahkan  Jung ahjussi yang notabene pelayan setia keluarga Lee pun diabaikannya. Dengan perlahan ia melangkah menuju kamarnya yang ada di lantai 2, baru beberapa langkah ia menaiki tangga terdengar suara pintu asuk yang terbuka dan sapaan dari beberapa Maid dan sudah dipastikan itu adalah Taemin. Taemin berlari kearah Onew takut hyung-nya marah karena tahu ia memaksakan diri tadi siang dan meminjam motor milik Minho. Setelah mendengar betapa marahnya Onew berdasarkan cerita dari Key dan Minho, langkah Taemin semakin ragu dan setelah dekat dengan Hyungnya ia meminta maaf.
            “HYUNG, MIANHAE SUDAH BERBOHONG PADAMU TAPI JANGAN MARAH PADAKU” teriak Taemin sembari menutup mata takut melihat kilatan marah dari mata bulan sabit Hyung-nya.
Namun selang beberapa saat Taemin tidak merasakan kilatan aura marah bahkan suara  Onew yang sering memarahinya seperti hari-hari biasanya. Dengan perlahan Taemin membuka matanya, dilihatnya kini Onew sudah lenyap dari pandangannya. Dari lantai dua terdengar pintu yang menutup. Sementara dilantai bawah tepatnya di ekat tangga kini taemin tengah terdiam dengan mulut terbuka lebar. Berpikir apakah benar ia  Onew yang ia kenal selama ini, Onew yang terkenal over protektif terhadapnya. Bahkan mendengar Taemin yang mencoba mengendarai motor sendiri tidak membuatnya berhenti guna selangkahpun untuk memandang Taemin malah justru memilih untuk masuk ke kamarnya.
            “Apa Hyung baru saja melihat sesuatu yang aneh ya? Seperti melihat hantu saja, molla” ucap Taemin sembari menggdikkan bahunya dan meneruskan langkahnya menuju kamar miliknya yang berada tepat disebelah kamar Taemin.
The Next Day...
Peubahan sikap Onew yang begitu drastis justru membuat semua member Angel bahkan Soo Ri merasa sangat khawatir. Seperti misalnya tadi pagi saat berangkat sekolah ia berangkat terlebih dahulu tanpa menunggu Taemin, selain itu saat dikelas ia terlihat sangat pendiam bahkan ia habiskan waktunya hanya untuk melamun dan melamun namun hal yang lebih menakjubkan lagi ia tidak merespon saat mendengar Taemin yang ingin masuk club Judo.
Saat ini mereka tengah berkumpul di Angel room guna menghabiskan waktu sehabis sekolah, Key, Jonghyun, Minho dan Taemin tengah mengobrol diruang tengah sementara Onew tengah duduk sendiri di sofa baca dekat rak buku. Mereka tengah hanyut kedalam dunia mereka masing-masing. Key tengah mengintrogasi Taemin yang memaksakan diri untuk tetap masuk ke club Judo, club  tempat Minho berlatih Judo semasa tingkat 1 Senior High School dulu. Sementara Minho mendengarkan setiap omelan Key dan memandang kasihan pada Taemin. Dilain sisi Jonghyun justru sibuk dengan ponselnya. Taemin hanya diam menunduk mendengarkan semua omelan yang ia terima dari sang Eomma Key, sesekali ia melirik pada Onew yang tengah duduk bersantai di sofa dekat rak buku berharap ia datang dan menolongnya dari amukan Key. Jonghyun menghentikan kegiatannya yang sedari tadi sibuk dengan ponsel touchsceeen-nya yang kini ganti menatap Onew yang tengah membuka sebuah buku tapi tatapannya terlihat kosong. Jonghyun bertriak memanggil Onew agar menghentikan amukan Key.
            “HYUNG!! KENAPA KAU HARI INI?! BIASANYA KAU YANG SELALU BERTERIAK PADA TAEMIN, KENAPA JADI KEY YANG BERTERIAK HEBOH PADA TAEMIN!! HYUNG BISA TIDAK KAU BUAT KUCING BETINA ITU DIAM, TELINGAKU SAKITT” Teriak Jonghyun Jengah mendengar suara cempreng Key yang terus memarahi Taemin.
Sementara pihak yang dimintai tolong hanya menatap-nya sekilas lalu kembali membuang muka dan menatap pemandangan luar dari Jjendela tempat ia duduk tadi. Minho yang melihat tingkah aneh Onew sedari pagi tadi hanya memandang sekilas lalu menepuk bahu Key agar berhenti mengomeli Taemin. Key tersentak lalu memandang kearah Minho.
            “Key..sudah, ada masalah yang lebih penting dari ini” kata Minho.
            “Mmm...apa maksudmu?” tanya Key.
            “Coba kau lihat” kata Minho sembari menunjuk Onew dengan dagunya.
Key memutar pandangannya menatap Onew dan melihatnya hanya terdiam dan sepertinya melamunkan sesuatu.
            “Bukankah aneh jika Onew hyung hanya terdiam mendengar kabar bahwa Taemin akan masuk klub Judo dan tidak memarahinya? Bukankah dia sangat protektif pada Taemin? Apa penyakit brother complex-nya sudah sembuh?” tanya Minho bingung.
            “Benar juga kau kodok, seperti bukan Onew Hyung saja” kata Key.
            “Sepertinya ada yang harus kita interogasi lagi..” kata Jonghyun tiba-tiba menyahuti.
Key berdiri lalu beranjak mendekat pada Onew, ditariknya tangan Onew tanpa meminta persetujuan darinya lalu mendudukkannya di sofa ruang tengah diantara Key dan Taemin, sementara Jonghyun dan Minho duduk di sofa tepat diseberang mereka.
            “Hyung, ada apa denganmu? Apa ada masalah?” tanya Key lembut sembari menepuk pundak Onew.
            “Haahhh...” hanya hembusan nafas panjang yang dikeluarkan oleh Onew.
            “Hyung malhaebwa..., kenapa kau aneh sekali sedari tadi pagi” sahut Minho.
Onew hanya diam lalu memandang kearah Minho yang duduk dihadapannya dan terlihat ia mulai emmbuka mulutnya. “ Sepertinya aku sedang jatuh cinta....” jawab Onew lemah.
            “MWOOO” sahut keempat namja yang duduk mengitarinya tanpa terkecuali.

---TBC---

No comments:

Post a Comment