Author :
Minnie_14
Main
Cast :
-Choi
Soo ri (OC)
-Lee
Taemin
Support
Cast :
-Other Member
SHINee
Lenght : [Two
Shot] 1 of 2
Genre
: Romance, Teen, School Life
Rating
: General
Summary
:
Cinta layaknya Simfoni
musik yang mengalun merdu bagaikan aliran air jernih yang menyejukkan. Simfoni
yang terangkai oleh seorang musisi yang mengagumkan dan penuh kharisma bagi
semua orang tak terkecuali bagiku...
---The
Simphony of Romance---
Soo
Ri POV
Matahari bersinar
dengan indahnya pagi ini, aku berjalan menyusuri koridor sekolahku dengan
langkah ringan diiringi udara yang segar pagi ini. Pandanganku terarah
keseluruh penjuru sekolah yang sudah aku tempati kurang lebih 2 tahun terakhir ini.
Tanpa sadar langkahku membawaku ke gedung kesenian sekolahku ini.
“Hahh?!... kenapa aku kesini? Heh...Ternyata aku belum
bisa melupakannya” pikirku.
Saat aku hendak pergi
meninggalkan tempat yang paling berkenang bagiku ini, aku mendengar sayup-sayup
denting piano dari gedung itu.
“Simfoni itu?!..” sontakku pelan setelah mendengar alunan
simfoni yang dulu pernah dilantunkan oleh seseorang yang sangat penting dalam
hidupku.
Aku mempercepat
langkahku menuju pintu masuk gedung kesenian yang kini tengah berdiri kokoh
dihadapanku. Aku membuka pelan pintu masuk gedung yang dulu sering aku datangi
ini. Ruangan megah ini masih sama seperti 1 tahun lalu saat aku terakhir kali
datang ketempat ini. Aku berjalan menuju panggung tempat Grand Piano berwarna putih itu berada, di balik piano itu apakah
mungkin sosok itu kembali. Langkahku semakin mendekat kearah piano itu. Sosok
pemuda, apakah benar dia sosok yang aku rindukan selama ini..
“Op-Oppa...” kataku lirih.
Kulihat sosok itu
menghentikan permainannya, dia menoleh kepadaku.
DEG
Salah...Ternyata salah,
dia bukanlah sosok yang aku rindukan selama 1 tahun ini. Dia bukanlah sosok
yang 1 tahun ini sudah mengganggu pikiranku, sosok yang tiba-tiba menghilang
dari hidupku setelah berhasil membuatku merasakan apa arti dari sebuah arti
kata memiliki. Sosok yang telah merubahku menjadi pribadi yang kuat. Aku sadar
dia tak akan pernah kembali. Dia sudah pergi dari dunia ini untuk selamanya,
meninggalkanku sendiri dengan sejuta perasaan sedih dan bersalah, karena telah
membencinya, karena telah meninggalkanku begitu saja.
“Mianhae,
kupikir kau orang yang aku kenal” kataku meminta maaf sembari menundukkan
kepalaku.
Sementara sosok itu
hanya diam dan menatapku dingin tanpa berkata satu patah katapun.
“Apa
dia benar-benar marah karena kedatanganku yang sudah mengganggunya? Sepertinya
aku harus meminta maaf lagi padanya”
pikirku.
“Mianhae, aku
tadi tak sengaja lewat sini dan mendengar permainanmu, permainanmu sangat
bagus. Apa kau tahu simfonimu tadi mengingatkanku pada seseorang, dia sosok
yang—“
“Berisik!!” bentaknya.
“Ne?”
Sosok itu langsung
pergi meninggalkan gedung pertunjukan ini tanpa menatapku sekalipun. Dia berjalan
dengan sangat angkuh, memasukkan kedua tangannya kedalam saku dan berjalan
angkuh keluar gedung dan melewatiku tanpa menoleh sekalipun.
“Dasar namja
es, memang benar tidak ada orang lain sekeren Oppa-ku, tapi...permainan piano dan simfoni yang ia mainkan sangat
bagus dan sangat mirip dengan apa yang dulu Oppa
mainkan untukku” kataku.
Aku masih tenggelam
dalam pikiranku mengingat kembali masa-masa dulu saat Oppa masih bersamaku dan selalu memainkan simfoni itu, Simfoni No.
5 - "Largo" (Royal Liverpool
Philharmonic/Petrenko) oleh Shostakovichi. Simfoni yang
menggambarkan kesedihan yang mampu membuat air mata mengalir. Sekaligus simfoni
terakhir dari Oppa yang membuatku
menangis karena kehilangan sosok Oppaku.
Simfoni tanda perpisahan dari Oppa
yang pergi meninggalkanku untuk selamanya, aku tak pernah menyangka Oppaku akan pergi begitu cepat.
“Oppa...” aku
terus bergumam lirih memanggil nama Oppaku
dan tanpa terasa mataku mulai memanas dan berair, ya..aku menangis sekarang
mengingat semua kenanganku bersama Oppaku.
Aku hanya terdiam tak
bergeming sejak namja es itu pergi dari gedung kesenian ini, entah sudah berapa
lama aku menangis sendirian di hadapan Grand Piano putih dan panggung
pertunjukan ini, saksi bisu antara aku dan Oppa-ku
merajut tiap kenangan di antara kami, bermain simfoni bersama dan membangun
kebahagiaan bersama selama hidupku. Hingga 1 tahun yang lalu untuk pertama dan
terakhir kalinya aku memainkan simfoni itu sendiri tanpa Oppaku, dan untuk terakhir kalinya aku menekan tuts-tuts piano
megah ini.
KRINGGGGG...
Bel tanda masuk sudah
berdering dan berhasil membuyarkan lamunanku tentang Oppa dan tempat ini, tak terasa sudah hampir 30 menit aku terdiam
disini sejak aku masuk ke gedung kenanganku ini. Aku segera bergegas menuju
kelasku dan mengikuti pelajaran sebelum seosangnim
masuk dan memarahiku.
Author
POV
Soo Ri segera bergegas
menuju kelasnya untuk mengikuti pelajaran pertama, namun langkahnya tiba-tiba
terhenti saat matanya melihat sosok yang mengingatkannya pada sosok Oppa-nya. Tanpa pikir panjang Soo Ri
mengubah arahnya menghampri sosok itu. Soo Ri berjalan perlahan mendekati namja itu yang nampaknya tengah tertidur
dibawah rindangnya pohon Ek. Saat melihat sosoknya lebih dekat ternyata Soo Ri
baru sadar bahwa namja dingin yang ditemuinya tadi pagi sangat tampan dan
manis, sangat berbeda dengan sifatnya yang dingin. Melihatnya tenang dan damai
dalam tidur seperti ini membuatnya terlihat sangat berkharisma tapi siapa namja
ini ? Soo Ri merasa belum pernah bertemu dengan namja ini sebelumnya, apakah ia
murid pindahan? Entahlah, yang Soo Ri tahu jelas sekarang ialah namja dingin
ini telah membuat dirinya teringat kembali pada sosok yang sangat dirindukannya
yang telah susah payah ia coba lupakan selama 1 tahun ini. Kenapa sosok namja
ini harus muncul disaat ia sudah mulai bisa melupakan rasa sakitnya akan kehilangan
sang Oppa dan kini luka itu justru terbuka kembali akibat kemunculan namja ini
dan perrmainan simfoni-nya yang mampu mengingatkannya pada sosok sang Oppa. Soo
Ri terduduk di samping namja itu sembari memeluk lututnya dengan pandangan yang
tak lepas dari namja itu.
“Namja aneh, wajahmu tak sesuai dengan sifatmu” kata Soo
Ri.
“Berisik” sahut namja itu yang tiba-tiba membuka matanya.
Spontan Soo Ri
menjauhkan dirinya dari namja itu, namja itu bangun dari tidurnya dan
meregangkan otot-ototnya dengan sesekali menguap. Namja itu memandang dingin
kearah Soo Ri tanpa memperdulikan kondisi Soo Ri yang terkejut karena dirinya
yang tiba-tiba bangun dan mengagetkannya.
“Se-sejak kapan kau bangun?” tanya Soo Ri gugup entah
mengapa ia merasa sangat malu karena tertangkap basah memandangi namja yang
bahkan namanya saja ia tidak tahu.
“.....bukan urusanmu” jawab namja itu dingin.
“K-kenapa kau pura-pura tidur kalau sudah tahu aku
disini?” tanya Soo Ri mulai kesal dengan sikap namja itu.
“Ternyata kau memang benar-benar berisik, apa kau tak
bisa diam sekalipun. Dasar yeoja menyebalkan” jawab namja itu dingin meninggalkan Soo Ri
yang terperangah dengan sikap namja aneh di depannya.
Namja sedingin es itu
terus berjalan meninggalkan taman sekolah itu, langkahnya terus berjalan
meninggalkan taman dan Soo Ri yang kini terus menatap kepergiannya. Soo Ri
memandang kesal kearah namja itu hingga terus menatap kepergian namja aneh yang
baru pertama kali ia temui, hingga tanpa sengaja ia melihat salah satu teman
sekelasnya Key. Dilihatnya Key tengah berlari kearahnya saat Soo Ri ingin
berteriak memanggilnya tiba-tiba Key meneriakkan nama seseorang.
“TAEMIN..!!!” teriak Key.
Soo Ri memperhatikan
arah langkah Key, dan ternyata apa yang dia pikirkan mengenai Key yang hendak menghampirinya
salah besar. Key justru berlari kearah namja dingin yang baru saja ditemuinya.
“Darimana Key kenal namja dingin itu?dan apa yang ia
teriakkan tadi, Taemin? Jadi namja dingin itu bernama Taemin. Dari mana Key
mengenal namja aneh seperti dia,cih dasar” kata Soo Ri dalam hati.
Soo Ri memandang kearah
dua namja yang kini terlihat akrab meski si namja aneh bernama Taemin itu tetap
sedingin es meski menghadapi Key yang super duper cerewet itu. Dipandanginya
dua namja yang makin menjauh dan menghilang dibalik koridor loker para siswa.
Soo Ri memutuskan untuk kembali ke kelas setelah membolos jam pertama karena
namja aneh bernama Taemin itu.
Soo Ri berjalan
tergesa-gesa karena pelajaran berikutnya sudah dimulai sekitar 5 menit yang
lalu. Soo Ri terus berlari tanpa memandang ke sekitar karena matanya hanya
tertuju pada jam tangan putih yang melingkar di lengan kirinya hingga tanpa
sadar ia menabrak seseorang.
BRUKK
Soo Ri jatuh
terjerembab dengan butt yang dengan mulus menghantam lantai. Sementara orang
yang ditabrak berdiri dan mencoba membantunya.
“Soo Ri, gwenchana?” tanya sosok yang ditabrak Soo Ri.
“Ne, gwenchana..eh! Onew Oppa?!” kata Soo Ri terkejut
melihat sosok namja yang ditabraknya.
Onew, ya dia adalah
sosok namja populer disekolah tempat Soo Ri menuntut ilmu 2 tahun ni. Sosok
idola yang terkenal sangat pandai dan menjuarai berbagai olimpiade Sains di
berbagai kejuaraan. Selain itu, Onew terkenal sangat hangat dan lembut sesuai
dengan namanya. Dia adalah sosok yang selama ini dikagumi oleh Soo Ri. Tak ada
orang yang tahu seberapa besar Soo Ri sangat mengagumi sosok Onew yang sangat
berkharisma itu, berkat Onew jugalah Soo Ri mampu menerima kepergian Oppanya
yang merupakan teman sekelas Onew. Karena semangat yang diberikan oleh Onew-lah
Soo Ri mampu bangkit kembali dan mulai menutup luka yang muncul akibat
kepergian sang Oppa sebelum luka itu akhirnya terbuka kembali akibat kemunculan
namja es bernama Taemin.
“Soo Ri, kenapa kau berlarian di koridor? Bukankah
kelasmu sudah dimulai sejak 10 menit yang lalu?” tanya Onew.
“N-ne, Oppa..aku tadi ada sedikit masalah jadi terlambat
sekarang makanya aku berlari dan tidak memperhatikan jalan. Akhirnya malah
menabrak Oppa” kata Soo Ri gugup berbicara dengan sosok pujaannya.
“Eh? Masalah? Masalah apa me.mangnya?” tanya Onew.
“He he tadi aku tidak sengaja bertemu dengan namja es
yang aneh, wajahnya sangat lembut tapi kelakuan dan sifatnya berbeda 180
derajat. Dan..dia..mm...dia..” kata Soo Ri ragu.
“Dia kenapa Soo Ri? Apa dia berbuat macam-macam padamu?”
tanya Onew khawatir sembari memperhatikan tubuh Soo Ri takut-takut dia terluka.
“Ani Oppa, he he ..hanya saja dia mengingatkanku pada
Minseok Oppa. Dia memainkan simfoni yang sama dengan apa yang aku dan Oppa
mainkan sebelum Oppa pergi, aku hanya teringat kembali pada Oppa-ku saja kok
dia tidak akan berani macam-macam padaku. Kalaupun macam-macam akan kuhajar
dia..he he he” jawab Soo Ri dengan senyu yang sedikit terpaksa.
Onew hanya mendengarkan
cerita Soo Ri, ia tahu senyum yang Soo Ri tampakkan bukanlah senyum yang tulus
ia berikan melainkan senyuman miris mengenai kondisinya kini yang masih
terbayang-bayang sosok Oppa yang sangat disayanginya. Onew hanya tersenyum
menanggapi perkataan Soo Ri dan mengelus puncak kepalanya pelan.
“Oh, kupikir terjadi sesuatu padamu. Apa kau tahu aku
sangat khawatir mendengar ceritamu tadi
dasar kau ini” kata Onew dengan masih mengelus kepala Soo Ri.
Soo Ri hanya menunduk
tersipu mendapatkan perlakuan yang begitu lembut dari sosok yang ia kagumi ini,
sosok yang dapat menggantikan kasih sayang Oppa yang ia rindukan.
“Oh ya bukannya kau sudah terlambat? Kenapa kau masih
disini?” tanya Onew menyadarkan Soo Ri.
“eh..eh!..EH!!...OPPA KENAPA KAU TIDAK MENGINGATKANKU
SEJAK TADI...” teriak Soo Ri setelah sadar apa yang sudah ia lewatkan, jam
pelajarannya.s
“Aku kan sekarang mengingatkanmu..” jawab Onew santai.
“Ne, gomawo Oppa “ teriak Soo Ri sembari berlari
meninggalkan Onew.
Onew hanya
memperhatikan kepergian Soo Ri, melihat senyum indah itu terukhir kembali diwajahnya
membuat Onew sangat bahagia. Dia tahu bagaimana sifat Minseok yang sangat
menyayanginya, karena Onew selalu menjadi tempat cerita bagi Minseok dan
seluruh teman sekelasnya karena pribadinya yang hangat. Onew tak ingin kembali
melihat wajah Soo Ri yang berlinang air mata dan kepedihan, entah perasaan apa
yang membuat Onew mampu melakukan apa saja demi melihat senyuman terukir
diwajah Soo Ri.
---The
Symphony of Romance---
Soo Ri segera masuk
kedalam kelasnya setelah sebelumnya bertemu dengan Ms. Park di dekat ruang
rapat, untungnya karena rapat ia tak takut akan terlambat dan harus dihukum
kesekian kalinya karena membolos dari jam pelajaran Ms. Park. Hal ini tak lain
karena kepergian Minseok yang merupakan pukulan terberat bagi dirinya. Soo Ri
bergegas menuju bangkunya di baris kedua dari belakang dekat jendela.
Dibelakangnya telah duduk Key sahabatnya yang satu bangku dengan Minho yang
merupakan sepupu Soo Ri. Sebenarnya Key dan Minho lebih tua satu tahun
dibandingkan dengan Soo Ri, tapi karen Soo Ri yang mengikuti kelas akselerasi
makanya dia bisa satu tingkat dengan Key dan Minho. Sudah hampir 5 tahun mereka
menjadi sahabat sejak Junioh High School. Soo Ri mengenal Key saat Minho datang
berkunjung kerumahnya untuk bermain game bersama alm. Oppa-nya, dan sejak saat
itulah mereka menjadi dekat.
Soo Ri kini tengah
sibuk mengatur nafasnya setelah berlari hampir 10 menit tanpa henti ak terlambat masuk. Saat tengah sibuk mengatur
nafasnya Soo Ri merasakan tepukan pelan dibagian belakang kepalanya, Soo Ri
menoleh dan mendapati Key yang kini menatapnya dengan tangan yang menggenggam
gulungan kertas.
“Wae?” tanya S oo Ri.
“Darimana saja kau? Apa kau masih berkeliaran ke tempat
itu?” tanya Key to the point.
DEG
Jantung Soo Ri terasa
mencelos darimana key bisa tahu? Apa sebegitu dekatnya mereka sampai-sampai
mengetahui apa yang Soo Ri pikirkan dan lakukan.
“Kau sudah tahukan jawabannya” jawabku datar.
“Sampai kapan kau akan seperti ini hah?! Apa kau mau
membuat Minseok hyung sedih melihat kondisi yeodongsaengnya seperti ini?” sahut
Key.
“Kalau memang ia memikirkan kebahagiaanku, ia tak akan
meninggalkanku secepat itu” kata Soo Ri lirih dengan kepala yang menunduk
dalam.
Soo
Ri POV
Aku hanya bisa
menundukkan kepalaku mendengar semua perkataan Key mengenai kebahagiaanku dan
sebagainya, entahlah aku tak begitu memperhatikannya. Mataku kini hanya aku
arahkan melihat lapangan basket yang berada diseberang kelasku. Tanpa sengaja
aku melihat sosok itu lagi, sosok namja es yang sangat menyebalkan. Taemin...ya
kalau tidak salah namanya Taemin. Aku baru ingat, aku belum menanyakan mengenai
hubungan Key dengan namja es itu. Dan kuputuskan untuk bertanya pada Key
sekarang.
“Soo Ri dengarkan apa yang—“ kata Key terpotong.
“Hei Key, apa kau kenal dengan namja es itu?” tanyaku.
“Eh! Namja es? Namja es siapa maksudmu?” tanya Key
sepertinya bingung dengan pertanyaanku. Ah, dasar pabo tentu saja Key bingung
aku hanya menyebutnya namja es.
“Itu namja yang bermain basket sendirian disana, bukankah
kau mengenalnya? Aku tak sengaja melihat kebersamaan kalian tadi” tanyaku lebih
jelas.
“Ohh..Taemin maksudmu?” tanya Key.
“Ne, apa kau mengenalnya?” tanyaku antusias.
“Wae? Ada apa denganmu, kenapa kau semangat sekali meminta
informasi tentangnya” tany Key dengan alis sebelah kanannya yang naik turun
menggodaku.
“Aniya, aku hanya tidak suka saja dengan sifat dingin dan
angkuhnya” jawabku.
“Ne? Dingin? Angkuh? Darimana kau tahu bahwa dia angkuh?”
tanya Key.
Ya ampun kenapa namja
ini banyak sekali bertanya apa dia tidak lelah mengintrogasiku sedari tadi?
Seperti aku seorang penjahat saja.
“Ne, sebenarnya aku bertemu dengannya tadi pagi makanya
aku terlambat dan membolos pada jam pertama tadi” jelasku.
“Owhh..kupikir kau tertarik padanya” sahut Key.
“Awalnya aku sedikit tertarik padanya karena keahliannya
bermain piano dan tadi pagi aku sempat mengira ia Minseok Oppa karena ia
memainkan simfoni yang sama dengan simfoni kenangan yang dimainkan oleh Oppa”
sahutku dengan wajah sedikit muram.
“Tapi setelah melihat kelakuannya yang seperti es itu aku
tarik kembali pikiranku yang sempat
mengaguminya saat itu” sahutku lagi dengan raut wajah berubah kesal.
“Kau ini, ada-ada saja...semua orang pasti pernah
memainkan simfoni yang sama dengan apa yang pernah Minseok Hyung mainkan. Bukan
berarti ia adalah Minseok Hyung” jelas Key.
“Ne, kau benar. Tapi saat itu aku sudah meinta maaf
padanya karena telah salah mengira ia adalah Minseok Oppa. Bukannya menerima
permintaan maafku, ia justru mengacuhkanku begitu saja” ucapku sebal dengan
kedua tangan terlipat didepan dada.
“Kau belum mengenalnya Soo Ri, kalau kau sudah
mengenalnya kau pasti akan mengerti” sahut Key dengan pandangan sendu kearah
Taemin yang tengah bermain basket.
“Apa maksudmu?” tanyaku bingung heran melihat raut wajah
Key yang berubah sendu.
“Dia bersifat seperti itu bukan karena tanpa alasan, aku
bahkan lupa kapan terakhir kali aku melihatnya tersenyum” sahut Key.
Hah?! Alasan macam apa
hingga membuatnya tidak bisa tersenyum lagi. Lagipula kenapa Key begitu peduli
pada namja es itu? Raut wajah Key begitu sedih saat menyinggung masalah Taemin.
Ada hubungan apa antara Key dan Taemin sebenarnya?. Aku mengikuti arah
pandangan Key yang terus mengawasi Taemin bermain basket, kulihat ia sangat
lihat memainkan bola berwarna orange itu ditangannya. Mendrible kesana-kemari
hingga melewati beberapa lawan dan akhirnya ia berhasil mencetak angka dengan
mudahnya. Tapi ada yang aneh pada dirinya, ia tampak tidak senang bukan lebih
tepatnya tanpa ekspresi. Bahkan teman-teman satu timnya sangat senang saat ia
berhasil memasukkan bola. Saat salah satu temannya mengajak berhigh-five
bukannya menyambutnya ia justru meninggalkannya pergi, dasar namja es. Apa ia
tidak bisa tersenyum barang sekali saja. Aku jadi penasaran kejadian macam apa
yang bisa membuatnya sedingin itu.
1
Week Later...
Sudah hampir seminggu
ini aku mengikuti namja es itu, sungguh dia hidup layaknya menyerupai robot.
Tak pernah sekalipun kulihat ia menampakkan ekspresi lain selain ekspresi
dingin dan datar. Bahkan tak tampak ekspresi marah atau kesal saat aku sengaja
menabraknya di kantin sehingga makananku tumpah ke bajunya. Sungguh manusia
tanpa perasaan, berbeda sekali dengan wajahnya yang terlihat lembut. Coba ia
tersenyum sekali saja, aku jamin ia akan jauh lebih tampan.
Hari ini kuputuskan
untuk mengikutinya lagi, saat pulang sekolah kuputuskan untuk mengikutinya. Aku
baru sadar saat mengikutinya 1 minggu ini, ternyata ia satu tingkatan denganku
dan seumuran karena kami sama-sama siswa alselerasi. Ia murid pindahan dari
Incheon dan sudah hampir satu bulan di sekolah ini, dan parahnya lagi ia ada di
sebelah kelasku. Mungkin karena hawa keberadaannya yang kurang terasa sehinga
ku tak sadar mengenai keberadaannya hingga saat aku melihatnya di gedung
kesenian. Aku mengikuti Taemin saat ia keluar dari kelasnya setelah hampir 10
menit aku berdiri menunggunya diberanda kelasku. Terus kuikuti langkahnya mulai
saat ia keluar sekolah, naik bus umum, hingga langkahku kini berhenti tepat di
depan sebuah taman pemakaman umum, Taman Pemakaman yang sama tempat
peristirahatn terakhir Oppa-ku. Aku melihat Taemin yang kini memasuki area
pemakaman itu, ditangannya ia menggenggam sebuket mawar putih yang terlihat
masih segar. Sempat terbersit rasa ragu untuk masuk ke tempat ini, membuatku
teringat kembali peristiwa 1 tahun lalu saat jasad Oppa-ku disemayamkan disini.
Tapi dengan cepat kutepis pikiran itu jauh-jauh demi mengetahui apa yang
dilakukan Taemin ditempat ini. Kuikuti terus langkahnya hingga ia berhenti di
depan sepasang pusara yang tampak masih baru berkisar beberapa bulan. Kulihat
Taemin bersimpuh didepan kedua pusara itu, pundaknya tampak naik turun. Apa ia
menangis? Sebenarnya pusara siapa itu? Aku terus mengamati gerak-gerik Taemin
dari balik pohon tua yang berjarak kurang lebih 3 meter dari tempat Taemin
berada sehingga aku bisa melihat jelas apa saja yang ia lakukan. Tampaknya
namja es itu sudah berhenti menangis, nafasnya tampak teratur. Ini pertsms
kslinys kulihst ekspresi lain dari namja dingin ini. Terus kuperhatikan dirinya
dari balik punggung tegapnya, kulihat ia mulai berdiri aku segera
menyembunyikan tubuhku agar ia tidak curiga.
“Keluarlah, aku tahu kau ada dibalik pohon itu. Tak ada
gunanya kau sembunyi” kata Taemin dingin sesaat setelah aku menyembunyikan
diriku dibalik pohon.
Aku tetap tak bergeming
dari posisiku, justru sebaliknya aku makin menempelkan punggungku pada pohon
tua ini agar tak terlihat. Kudengar tak ada lagi suara yang memintaku keluar.
Aku keluar dari persembunyianku dan mencoba mencari sosok Taemin. Namun nihil
ia sudah tak ada di depan sepasag pusara tadi, akupun berbalik dan hendak pergi
menyudahi kegiatanku hari ini. Saat aku berbalik ternyata sosok Taemin sudah
berdiri tepat didepan mataku.
“K-kau...kenapa kau ada disini?” kataku gugup.
“Mudah saja aku melihat ujung kakimu dari balik pohon
ini” jawab Taemin datar.
“Eh..aku ..mm..aku tadi tak sengaja melihatmu disini saat
aku mengunjungi makam Oppaku” kataku gugup.
“Tak perlu membohongiku, aku tahu 1 minggu ini kau selalu
mengikutiku kemanapun aku pergi” jawab Taemin dengan ekspresi yang sama.
Ekspresi datar.
“D-dari mana kau tahu?” tanyaku terkejut mengetahui
Taemin yang sadar selama 1 minggu ini terus aku ikuti.
“Apa kau pikir aku bodoh sampai-sampai tak sadar kalau
diikuti seseoarang sepertimu. Warna pita rambutmu begitu mencolok kau tahu”
sahut Taemin menunjuk pita rambutku yang berwarna Aquamarine, yang memang akan
aku pakai tiap hari karena ini adalah hadiah ulang tahun dari Oppa-ku.
“.....” aku hanya diam menunduk malu karena ketahuan
telah mengikutinya selama ini.
“Berhentilah mengikutiku, aku bukanlah orang yang kau
pikirkan selama ini. Aku bukanlah Oppa-mu yang bisa bersikap baik dan hangat
yang terbuka padamu. Sebelum kau menyesal berhentilah” kata Taemin sembari
melangkah pergi meninggalkanku.
Apa yang baru saja ia
katakan? Oppa-ku? Darimana ia tahu mengenai Oppa-ku, aku bahkan tak pernah
berbicara padanya. Siapa Taemin sebenarnya?
---TBC---
No comments:
Post a Comment