SHINee World

Translate

Tuesday, 17 September 2013

[SEQUEL] The Simphony of Romance ~ Part I



Author :
Minnie_14
Main Cast :
-Choi Soo ri (OC)
-Lee Taemin
Support Cast :
-Other Member SHINee
Lenght : [Two Shot] 1 of 2
Genre : Romance, Teen, School Life
Rating : General
Summary :
Cinta layaknya Simfoni musik yang mengalun merdu bagaikan aliran air jernih yang menyejukkan. Simfoni yang terangkai oleh seorang musisi yang mengagumkan dan penuh kharisma bagi semua orang tak terkecuali bagiku...

---The Simphony of Romance---
Soo Ri POV
Matahari bersinar dengan indahnya pagi ini, aku berjalan menyusuri koridor sekolahku dengan langkah ringan diiringi udara yang segar pagi ini. Pandanganku terarah keseluruh penjuru sekolah yang sudah aku tempati kurang lebih 2 tahun terakhir ini. Tanpa sadar langkahku membawaku ke gedung kesenian sekolahku ini.
            “Hahh?!... kenapa aku kesini? Heh...Ternyata aku belum bisa melupakannya” pikirku.
Saat aku hendak pergi meninggalkan tempat yang paling berkenang bagiku ini, aku mendengar sayup-sayup denting piano dari gedung itu.
            “Simfoni itu?!..” sontakku pelan setelah mendengar alunan simfoni yang dulu pernah dilantunkan oleh seseorang yang sangat penting dalam hidupku.
Aku mempercepat langkahku menuju pintu masuk gedung kesenian yang kini tengah berdiri kokoh dihadapanku. Aku membuka pelan pintu masuk gedung yang dulu sering aku datangi ini. Ruangan megah ini masih sama seperti 1 tahun lalu saat aku terakhir kali datang ketempat ini. Aku berjalan menuju panggung tempat Grand Piano berwarna putih itu berada, di balik piano itu apakah mungkin sosok itu kembali. Langkahku semakin mendekat kearah piano itu. Sosok pemuda, apakah benar dia sosok yang aku rindukan selama ini..
            “Op-Oppa...” kataku lirih.
Kulihat sosok itu menghentikan permainannya, dia menoleh kepadaku.
DEG
Salah...Ternyata salah, dia bukanlah sosok yang aku rindukan selama 1 tahun ini. Dia bukanlah sosok yang 1 tahun ini sudah mengganggu pikiranku, sosok yang tiba-tiba menghilang dari hidupku setelah berhasil membuatku merasakan apa arti dari sebuah arti kata memiliki. Sosok yang telah merubahku menjadi pribadi yang kuat. Aku sadar dia tak akan pernah kembali. Dia sudah pergi dari dunia ini untuk selamanya, meninggalkanku sendiri dengan sejuta perasaan sedih dan bersalah, karena telah membencinya, karena telah meninggalkanku begitu saja.
            Mianhae, kupikir kau orang yang aku kenal” kataku meminta maaf sembari menundukkan kepalaku.
Sementara sosok itu hanya diam dan menatapku dingin tanpa berkata satu patah katapun.
“Apa dia benar-benar marah karena kedatanganku yang sudah mengganggunya? Sepertinya aku harus meminta maaf lagi padanya”  pikirku.
            Mianhae, aku tadi tak sengaja lewat sini dan mendengar permainanmu, permainanmu sangat bagus. Apa kau tahu simfonimu tadi mengingatkanku pada seseorang, dia sosok yang—“
            “Berisik!!” bentaknya.
            Ne?”
Sosok itu langsung pergi meninggalkan gedung pertunjukan ini tanpa menatapku sekalipun. Dia berjalan dengan sangat angkuh, memasukkan kedua tangannya kedalam saku dan berjalan angkuh keluar gedung dan melewatiku tanpa menoleh sekalipun.
            “Dasar namja es, memang benar tidak ada orang lain sekeren Oppa-ku, tapi...permainan piano dan simfoni yang ia mainkan sangat bagus dan sangat mirip dengan apa yang dulu Oppa mainkan untukku” kataku.
Aku masih tenggelam dalam pikiranku mengingat kembali masa-masa dulu saat Oppa masih bersamaku dan selalu memainkan simfoni itu, Simfoni No. 5 - "Largo" (Royal Liverpool Philharmonic/Petrenko) oleh Shostakovichi. Simfoni yang menggambarkan kesedihan yang mampu membuat air mata mengalir. Sekaligus simfoni terakhir dari Oppa yang membuatku menangis karena kehilangan sosok Oppaku. Simfoni tanda perpisahan dari Oppa yang pergi meninggalkanku untuk selamanya, aku tak pernah menyangka Oppaku akan pergi begitu cepat.
            Oppa...” aku terus bergumam lirih memanggil nama Oppaku dan tanpa terasa mataku mulai memanas dan berair, ya..aku menangis sekarang mengingat semua kenanganku bersama Oppaku.
Aku hanya terdiam tak bergeming sejak namja es itu pergi dari gedung kesenian ini, entah sudah berapa lama aku menangis sendirian di hadapan Grand Piano putih dan panggung pertunjukan ini, saksi bisu antara aku dan Oppa-ku merajut tiap kenangan di antara kami, bermain simfoni bersama dan membangun kebahagiaan bersama selama hidupku. Hingga 1 tahun yang lalu untuk pertama dan terakhir kalinya aku memainkan simfoni itu sendiri tanpa Oppaku, dan untuk terakhir kalinya aku menekan tuts-tuts piano megah ini.
KRINGGGGG...
Bel tanda masuk sudah berdering dan berhasil membuyarkan lamunanku tentang Oppa dan tempat ini, tak terasa sudah hampir 30 menit aku terdiam disini sejak aku masuk ke gedung kenanganku ini. Aku segera bergegas menuju kelasku dan mengikuti pelajaran sebelum seosangnim masuk dan memarahiku.
Author POV
Soo Ri segera bergegas menuju kelasnya untuk mengikuti pelajaran pertama, namun langkahnya tiba-tiba terhenti saat matanya melihat sosok yang mengingatkannya pada sosok Oppa-nya. Tanpa pikir panjang Soo Ri mengubah arahnya menghampri sosok itu. Soo Ri berjalan perlahan mendekati namja itu yang nampaknya tengah tertidur dibawah rindangnya pohon Ek. Saat melihat sosoknya lebih dekat ternyata Soo Ri baru sadar bahwa namja dingin yang ditemuinya tadi pagi sangat tampan dan manis, sangat berbeda dengan sifatnya yang dingin. Melihatnya tenang dan damai dalam tidur seperti ini membuatnya terlihat sangat berkharisma tapi siapa namja ini ? Soo Ri merasa belum pernah bertemu dengan namja ini sebelumnya, apakah ia murid pindahan? Entahlah, yang Soo Ri tahu jelas sekarang ialah namja dingin ini telah membuat dirinya teringat kembali pada sosok yang sangat dirindukannya yang telah susah payah ia coba lupakan selama 1 tahun ini. Kenapa sosok namja ini harus muncul disaat ia sudah mulai bisa melupakan rasa sakitnya akan kehilangan sang Oppa dan kini luka itu justru terbuka kembali akibat kemunculan namja ini dan perrmainan simfoni-nya yang mampu mengingatkannya pada sosok sang Oppa. Soo Ri terduduk di samping namja itu sembari memeluk lututnya dengan pandangan yang tak lepas dari namja itu.
            “Namja aneh, wajahmu tak sesuai dengan sifatmu” kata Soo Ri.
            “Berisik” sahut namja itu yang tiba-tiba membuka matanya.
Spontan Soo Ri menjauhkan dirinya dari namja itu, namja itu bangun dari tidurnya dan meregangkan otot-ototnya dengan sesekali menguap. Namja itu memandang dingin kearah Soo Ri tanpa memperdulikan kondisi Soo Ri yang terkejut karena dirinya yang tiba-tiba bangun dan mengagetkannya.
            “Se-sejak kapan kau bangun?” tanya Soo Ri gugup entah mengapa ia merasa sangat malu karena tertangkap basah memandangi namja yang bahkan namanya saja ia tidak tahu.
            “.....bukan urusanmu” jawab namja itu dingin.
            “K-kenapa kau pura-pura tidur kalau sudah tahu aku disini?” tanya Soo Ri mulai kesal dengan sikap namja itu.
            “Ternyata kau memang benar-benar berisik, apa kau tak bisa diam sekalipun. Dasar yeoja menyebalkan”  jawab namja itu dingin meninggalkan Soo Ri yang terperangah dengan sikap namja aneh di depannya.
Namja sedingin es itu terus berjalan meninggalkan taman sekolah itu, langkahnya terus berjalan meninggalkan taman dan Soo Ri yang kini terus menatap kepergiannya. Soo Ri memandang kesal kearah namja itu hingga terus menatap kepergian namja aneh yang baru pertama kali ia temui, hingga tanpa sengaja ia melihat salah satu teman sekelasnya Key. Dilihatnya Key tengah berlari kearahnya saat Soo Ri ingin berteriak memanggilnya tiba-tiba Key meneriakkan nama seseorang.
            “TAEMIN..!!!” teriak Key.
Soo Ri memperhatikan arah langkah Key, dan ternyata apa yang dia pikirkan mengenai Key yang hendak menghampirinya salah besar. Key justru berlari kearah namja dingin yang baru saja ditemuinya.
            “Darimana Key kenal namja dingin itu?dan apa yang ia teriakkan tadi, Taemin? Jadi namja dingin itu bernama Taemin. Dari mana Key mengenal namja aneh seperti dia,cih  dasar” kata Soo Ri dalam hati.
Soo Ri memandang kearah dua namja yang kini terlihat akrab meski si namja aneh bernama Taemin itu tetap sedingin es meski menghadapi Key yang super duper cerewet itu. Dipandanginya dua namja yang makin menjauh dan menghilang dibalik koridor loker para siswa. Soo Ri memutuskan untuk kembali ke kelas setelah membolos jam pertama karena namja aneh bernama Taemin itu.
Soo Ri berjalan tergesa-gesa karena pelajaran berikutnya sudah dimulai sekitar 5 menit yang lalu. Soo Ri terus berlari tanpa memandang ke sekitar karena matanya hanya tertuju pada jam tangan putih yang melingkar di lengan kirinya hingga tanpa sadar ia menabrak seseorang.
BRUKK
Soo Ri jatuh terjerembab dengan butt yang dengan mulus menghantam lantai. Sementara orang yang ditabrak berdiri dan mencoba membantunya.
            “Soo Ri, gwenchana?” tanya sosok yang ditabrak Soo Ri.
            “Ne, gwenchana..eh! Onew Oppa?!” kata Soo Ri terkejut melihat sosok namja yang ditabraknya.
Onew, ya dia adalah sosok namja populer disekolah tempat Soo Ri menuntut ilmu 2 tahun ni. Sosok idola yang terkenal sangat pandai dan menjuarai berbagai olimpiade Sains di berbagai kejuaraan. Selain itu, Onew terkenal sangat hangat dan lembut sesuai dengan namanya. Dia adalah sosok yang selama ini dikagumi oleh Soo Ri. Tak ada orang yang tahu seberapa besar Soo Ri sangat mengagumi sosok Onew yang sangat berkharisma itu, berkat Onew jugalah Soo Ri mampu menerima kepergian Oppanya yang merupakan teman sekelas Onew. Karena semangat yang diberikan oleh Onew-lah Soo Ri mampu bangkit kembali dan mulai menutup luka yang muncul akibat kepergian sang Oppa sebelum luka itu akhirnya terbuka kembali akibat kemunculan namja es bernama Taemin.
            “Soo Ri, kenapa kau berlarian di koridor? Bukankah kelasmu sudah dimulai sejak 10 menit yang lalu?” tanya Onew.
            “N-ne, Oppa..aku tadi ada sedikit masalah jadi terlambat sekarang makanya aku berlari dan tidak memperhatikan jalan. Akhirnya malah menabrak Oppa” kata Soo Ri gugup berbicara dengan sosok pujaannya.
            “Eh? Masalah? Masalah apa me.mangnya?” tanya Onew.
            “He he tadi aku tidak sengaja bertemu dengan namja es yang aneh, wajahnya sangat lembut tapi kelakuan dan sifatnya berbeda 180 derajat. Dan..dia..mm...dia..” kata Soo Ri ragu.
            “Dia kenapa Soo Ri? Apa dia berbuat macam-macam padamu?” tanya Onew khawatir sembari memperhatikan tubuh Soo Ri takut-takut dia terluka.
            “Ani Oppa, he he ..hanya saja dia mengingatkanku pada Minseok Oppa. Dia memainkan simfoni yang sama dengan apa yang aku dan Oppa mainkan sebelum Oppa pergi, aku hanya teringat kembali pada Oppa-ku saja kok dia tidak akan berani macam-macam padaku. Kalaupun macam-macam akan kuhajar dia..he he he” jawab Soo Ri dengan senyu yang sedikit terpaksa.
Onew hanya mendengarkan cerita Soo Ri, ia tahu senyum yang Soo Ri tampakkan bukanlah senyum yang tulus ia berikan melainkan senyuman miris mengenai kondisinya kini yang masih terbayang-bayang sosok Oppa yang sangat disayanginya. Onew hanya tersenyum menanggapi perkataan Soo Ri dan mengelus puncak kepalanya pelan.
            “Oh, kupikir terjadi sesuatu padamu. Apa kau tahu aku sangat khawatir mendengar  ceritamu tadi dasar kau ini” kata Onew dengan masih mengelus kepala Soo Ri.
Soo Ri hanya menunduk tersipu mendapatkan perlakuan yang begitu lembut dari sosok yang ia kagumi ini, sosok yang dapat menggantikan kasih sayang Oppa yang ia rindukan.
            “Oh ya bukannya kau sudah terlambat? Kenapa kau masih disini?” tanya Onew menyadarkan Soo Ri.
            “eh..eh!..EH!!...OPPA KENAPA KAU TIDAK MENGINGATKANKU SEJAK TADI...” teriak Soo Ri setelah sadar apa yang sudah ia lewatkan, jam pelajarannya.s
            “Aku kan sekarang mengingatkanmu..” jawab Onew santai.
            “Ne, gomawo Oppa “ teriak Soo Ri sembari berlari meninggalkan Onew.
Onew hanya memperhatikan kepergian Soo Ri, melihat senyum indah itu terukhir kembali diwajahnya membuat Onew sangat bahagia. Dia tahu bagaimana sifat Minseok yang sangat menyayanginya, karena Onew selalu menjadi tempat cerita bagi Minseok dan seluruh teman sekelasnya karena pribadinya yang hangat. Onew tak ingin kembali melihat wajah Soo Ri yang berlinang air mata dan kepedihan, entah perasaan apa yang membuat Onew mampu melakukan apa saja demi melihat senyuman terukir diwajah Soo Ri.
---The Symphony of Romance---
Soo Ri segera masuk kedalam kelasnya setelah sebelumnya bertemu dengan Ms. Park di dekat ruang rapat, untungnya karena rapat ia tak takut akan terlambat dan harus dihukum kesekian kalinya karena membolos dari jam pelajaran Ms. Park. Hal ini tak lain karena kepergian Minseok yang merupakan pukulan terberat bagi dirinya. Soo Ri bergegas menuju bangkunya di baris kedua dari belakang dekat jendela. Dibelakangnya telah duduk Key sahabatnya yang satu bangku dengan Minho yang merupakan sepupu Soo Ri. Sebenarnya Key dan Minho lebih tua satu tahun dibandingkan dengan Soo Ri, tapi karen Soo Ri yang mengikuti kelas akselerasi makanya dia bisa satu tingkat dengan Key dan Minho. Sudah hampir 5 tahun mereka menjadi sahabat sejak Junioh High School. Soo Ri mengenal Key saat Minho datang berkunjung kerumahnya untuk bermain game bersama alm. Oppa-nya, dan sejak saat itulah mereka menjadi dekat.
Soo Ri kini tengah sibuk mengatur nafasnya setelah berlari hampir 10 menit tanpa henti  ak terlambat masuk. Saat tengah sibuk mengatur nafasnya Soo Ri merasakan tepukan pelan dibagian belakang kepalanya, Soo Ri menoleh dan mendapati Key yang kini menatapnya dengan tangan yang menggenggam gulungan kertas.
            “Wae?” tanya S oo Ri.
            “Darimana saja kau? Apa kau masih berkeliaran ke tempat itu?” tanya Key to the point.
DEG
Jantung Soo Ri terasa mencelos darimana key bisa tahu? Apa sebegitu dekatnya mereka sampai-sampai mengetahui apa yang Soo Ri pikirkan dan lakukan.
            “Kau sudah tahukan jawabannya” jawabku datar.
            “Sampai kapan kau akan seperti ini hah?! Apa kau mau membuat Minseok hyung sedih melihat kondisi yeodongsaengnya seperti ini?” sahut Key.
            “Kalau memang ia memikirkan kebahagiaanku, ia tak akan meninggalkanku secepat itu” kata Soo Ri lirih dengan kepala yang menunduk dalam.
Soo Ri POV
Aku hanya bisa menundukkan kepalaku mendengar semua perkataan Key mengenai kebahagiaanku dan sebagainya, entahlah aku tak begitu memperhatikannya. Mataku kini hanya aku arahkan melihat lapangan basket yang berada diseberang kelasku. Tanpa sengaja aku melihat sosok itu lagi, sosok namja es yang sangat menyebalkan. Taemin...ya kalau tidak salah namanya Taemin. Aku baru ingat, aku belum menanyakan mengenai hubungan Key dengan namja es itu. Dan kuputuskan untuk bertanya pada Key sekarang.
            “Soo Ri dengarkan apa yang—“ kata Key terpotong.
            “Hei Key, apa kau kenal dengan namja es itu?” tanyaku.
            “Eh! Namja es? Namja es siapa maksudmu?” tanya Key sepertinya bingung dengan pertanyaanku. Ah, dasar pabo tentu saja Key bingung aku hanya menyebutnya namja es.
            “Itu namja yang bermain basket sendirian disana, bukankah kau mengenalnya? Aku tak sengaja melihat kebersamaan kalian tadi” tanyaku lebih jelas.
            “Ohh..Taemin maksudmu?” tanya Key.
            “Ne, apa kau mengenalnya?” tanyaku antusias.
            “Wae? Ada apa denganmu, kenapa kau semangat sekali meminta informasi tentangnya” tany Key dengan alis sebelah kanannya yang naik turun menggodaku.
            “Aniya, aku hanya tidak suka saja dengan sifat dingin dan angkuhnya” jawabku.
            “Ne? Dingin? Angkuh? Darimana kau tahu bahwa dia angkuh?” tanya Key.
Ya ampun kenapa namja ini banyak sekali bertanya apa dia tidak lelah mengintrogasiku sedari tadi? Seperti aku seorang penjahat saja.
            “Ne, sebenarnya aku bertemu dengannya tadi pagi makanya aku terlambat dan membolos pada jam pertama tadi” jelasku.
            “Owhh..kupikir kau tertarik padanya” sahut Key.
            “Awalnya aku sedikit tertarik padanya karena keahliannya bermain piano dan tadi pagi aku sempat mengira ia Minseok Oppa karena ia memainkan simfoni yang sama dengan simfoni kenangan yang dimainkan oleh Oppa” sahutku dengan wajah sedikit muram.
            “Tapi setelah melihat kelakuannya yang seperti es itu aku tarik kembali pikiranku yang  sempat mengaguminya saat itu” sahutku lagi dengan raut wajah berubah kesal.
            “Kau ini, ada-ada saja...semua orang pasti pernah memainkan simfoni yang sama dengan apa yang pernah Minseok Hyung mainkan. Bukan berarti ia adalah Minseok Hyung” jelas Key.
            “Ne, kau benar. Tapi saat itu aku sudah meinta maaf padanya karena telah salah mengira ia adalah Minseok Oppa. Bukannya menerima permintaan maafku, ia justru mengacuhkanku begitu saja” ucapku sebal dengan kedua tangan terlipat didepan dada.
            “Kau belum mengenalnya Soo Ri, kalau kau sudah mengenalnya kau pasti akan mengerti” sahut Key dengan pandangan sendu kearah Taemin yang tengah bermain basket.
            “Apa maksudmu?” tanyaku bingung heran melihat raut wajah Key yang berubah sendu.
            “Dia bersifat seperti itu bukan karena tanpa alasan, aku bahkan lupa kapan terakhir kali aku melihatnya tersenyum” sahut Key.
Hah?! Alasan macam apa hingga membuatnya tidak bisa tersenyum lagi. Lagipula kenapa Key begitu peduli pada namja es itu? Raut wajah Key begitu sedih saat menyinggung masalah Taemin. Ada hubungan apa antara Key dan Taemin sebenarnya?. Aku mengikuti arah pandangan Key yang terus mengawasi Taemin bermain basket, kulihat ia sangat lihat memainkan bola berwarna orange itu ditangannya. Mendrible kesana-kemari hingga melewati beberapa lawan dan akhirnya ia berhasil mencetak angka dengan mudahnya. Tapi ada yang aneh pada dirinya, ia tampak tidak senang bukan lebih tepatnya tanpa ekspresi. Bahkan teman-teman satu timnya sangat senang saat ia berhasil memasukkan bola. Saat salah satu temannya mengajak berhigh-five bukannya menyambutnya ia justru meninggalkannya pergi, dasar namja es. Apa ia tidak bisa tersenyum barang sekali saja. Aku jadi penasaran kejadian macam apa yang bisa membuatnya sedingin itu.
1 Week Later...
Sudah hampir seminggu ini aku mengikuti namja es itu, sungguh dia hidup layaknya menyerupai robot. Tak pernah sekalipun kulihat ia menampakkan ekspresi lain selain ekspresi dingin dan datar. Bahkan tak tampak ekspresi marah atau kesal saat aku sengaja menabraknya di kantin sehingga makananku tumpah ke bajunya. Sungguh manusia tanpa perasaan, berbeda sekali dengan wajahnya yang terlihat lembut. Coba ia tersenyum sekali saja, aku jamin ia akan jauh lebih tampan.
Hari ini kuputuskan untuk mengikutinya lagi, saat pulang sekolah kuputuskan untuk mengikutinya. Aku baru sadar saat mengikutinya 1 minggu ini, ternyata ia satu tingkatan denganku dan seumuran karena kami sama-sama siswa alselerasi. Ia murid pindahan dari Incheon dan sudah hampir satu bulan di sekolah ini, dan parahnya lagi ia ada di sebelah kelasku. Mungkin karena hawa keberadaannya yang kurang terasa sehinga ku tak sadar mengenai keberadaannya hingga saat aku melihatnya di gedung kesenian. Aku mengikuti Taemin saat ia keluar dari kelasnya setelah hampir 10 menit aku berdiri menunggunya diberanda kelasku. Terus kuikuti langkahnya mulai saat ia keluar sekolah, naik bus umum, hingga langkahku kini berhenti tepat di depan sebuah taman pemakaman umum, Taman Pemakaman yang sama tempat peristirahatn terakhir Oppa-ku. Aku melihat Taemin yang kini memasuki area pemakaman itu, ditangannya ia menggenggam sebuket mawar putih yang terlihat masih segar. Sempat terbersit rasa ragu untuk masuk ke tempat ini, membuatku teringat kembali peristiwa 1 tahun lalu saat jasad Oppa-ku disemayamkan disini. Tapi dengan cepat kutepis pikiran itu jauh-jauh demi mengetahui apa yang dilakukan Taemin ditempat ini. Kuikuti terus langkahnya hingga ia berhenti di depan sepasang pusara yang tampak masih baru berkisar beberapa bulan. Kulihat Taemin bersimpuh didepan kedua pusara itu, pundaknya tampak naik turun. Apa ia menangis? Sebenarnya pusara siapa itu? Aku terus mengamati gerak-gerik Taemin dari balik pohon tua yang berjarak kurang lebih 3 meter dari tempat Taemin berada sehingga aku bisa melihat jelas apa saja yang ia lakukan. Tampaknya namja es itu sudah berhenti menangis, nafasnya tampak teratur. Ini pertsms kslinys kulihst ekspresi lain dari namja dingin ini. Terus kuperhatikan dirinya dari balik punggung tegapnya, kulihat ia mulai berdiri aku segera menyembunyikan tubuhku agar ia tidak curiga.
            “Keluarlah, aku tahu kau ada dibalik pohon itu. Tak ada gunanya kau sembunyi” kata Taemin dingin sesaat setelah aku menyembunyikan diriku dibalik pohon.
Aku tetap tak bergeming dari posisiku, justru sebaliknya aku makin menempelkan punggungku pada pohon tua ini agar tak terlihat. Kudengar tak ada lagi suara yang memintaku keluar. Aku keluar dari persembunyianku dan mencoba mencari sosok Taemin. Namun nihil ia sudah tak ada di depan sepasag pusara tadi, akupun berbalik dan hendak pergi menyudahi kegiatanku hari ini. Saat aku berbalik ternyata sosok Taemin sudah berdiri tepat didepan mataku.
            “K-kau...kenapa kau ada disini?” kataku gugup.
            “Mudah saja aku melihat ujung kakimu dari balik pohon ini” jawab Taemin datar.
            “Eh..aku ..mm..aku tadi tak sengaja melihatmu disini saat aku mengunjungi makam Oppaku” kataku gugup.
            “Tak perlu membohongiku, aku tahu 1 minggu ini kau selalu mengikutiku kemanapun aku pergi” jawab Taemin dengan ekspresi yang sama. Ekspresi datar.
            “D-dari mana kau tahu?” tanyaku terkejut mengetahui Taemin yang sadar selama 1 minggu ini terus aku ikuti.
            “Apa kau pikir aku bodoh sampai-sampai tak sadar kalau diikuti seseoarang sepertimu. Warna pita rambutmu begitu mencolok kau tahu” sahut Taemin menunjuk pita rambutku yang berwarna Aquamarine, yang memang akan aku pakai tiap hari karena ini adalah hadiah ulang tahun dari Oppa-ku.
            “.....” aku hanya diam menunduk malu karena ketahuan telah mengikutinya selama ini.
            “Berhentilah mengikutiku, aku bukanlah orang yang kau pikirkan selama ini. Aku bukanlah Oppa-mu yang bisa bersikap baik dan hangat yang terbuka padamu. Sebelum kau menyesal berhentilah” kata Taemin sembari melangkah pergi meninggalkanku.
Apa yang baru saja ia katakan? Oppa-ku? Darimana ia tahu mengenai Oppa-ku, aku bahkan tak pernah berbicara padanya. Siapa Taemin sebenarnya?
---TBC---


No comments:

Post a Comment